Lihat ke Halaman Asli

Try Raharjo

Orang Republik

Memetik Pelajaran dari Insiden Klepon

Diperbarui: 27 Juli 2020   21:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komunitas seniman dan budayawan Goramas dari Kabupaten Banyumas. | Dokpri


Beberapa waktu lalu klepon mendadak cukup banyak diperbincangkan, gara-gara unggahan yang menyebut  klepon sebagai jajanan tidak Islami dan ujungnya mengajak untuk beralih ke kurma yang menurutnya Islami.

Hal ini juga sempat sekilas melintas pada obrolan saya dan teman-teman dari komunitas Goramas, kumpulan seniman dan budayawan Banyumas ketika berkumpul pada satu kesempatan pertemuan di perumahan Kober Purwokerto beberapa waktu lalu.


Dalam pandangan saya, mengadili segala sesuatu yang merupakan budi daya dan kearifan lokal dengan menggunakan konteks agama yang kebetulan diturunkan di tanah Arab itu menurut saya adalah bukan tujuan dari agama apapun diturunkan.

Kalau saja agama Islam diturunkan di tanah Jawa, apakah kemudian semua jajanan tradisional Jawa juga menjadi Islami dan kurma menjadi haram? Semestinya tidak demikian juga.

Dalam pertemuan itu, walaupun hanya sesaat saja kami menyinggung klepon, tapi seorang teman saya yaitu Kang Titut, seniman dari Padepokan Cowong Sewu, malah sempat mengekspresikan spontanitasnya berkesenian dalam sebuah monolog dan tembang Jawa.


Melalui monolog dan tembang Jawa yang dilantunkannya, Kang Titut mengingatkan pada kondisi menipisnya kualitas hubungan kekeluargaan di tengah masyarakat. Sesuatu yang sebenarnya sudah disebut oleh para pujangga dan orang-orang bijak sejak dulu.

Saya kemudian mencatat, ada yang salah bila menilai suatu makanan itu tidak Islami tanpa dasar yang jelas, tidak juga karena melihat kandungan bahan makanannya. Dalam pandangan saya, justru pada klepon terdapat kearifan lokal yang menunjukkan hasil dari budi daya masyarakat dalam memanfaatkan potensi di daerahnya untuk kehidupan. Dan klepon adalah salah satu bentuk hasil dari akal budi masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan hasil bumi untuk dijadikan sebagai pilihan menu jajanan.

Kalau saja kurma sudah sejak dulu menjadi tanaman yang mudah ditemui di Indonesia, maka saya kira kurma juga mungkin sudah banyak dijadikan variasi menu makanan orang Indonesia.

Keharmonisan hubungan sosial di masyarakat terbentuk dari sikap saling menghargai perbedaan

Unggahan yang menyudutkan klepon sebagai jajanan tidak Islami itu menunjukkan tidak adanya rasa penghargaan pada kearifan lokal. Ini juga sekaligus memperlihatkan bahaya dari sempitnya wawasan, yang dapat menggangu keharmonisan hidup bermasyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline