Essi 70 - Tahun Lama Tahun Baru
Tri Budhi Sastrio - Kasidi
Pernah memikirkan konsep waktu? Kalau belum ayo
sekarang dicoba saja.
Manusia mana saja jika berbicara tentang waktu
konsepnya hanya ada tiga,
Kalau bukan sekarang, tentunya tadi, dan kalau sekarang
tidak tadi tidak juga,
Maka pastilah nanti, inilah konsep manusia Indonesia,
manusia dunia semesta.
Sekarang, tadi atau nanti, yang kemudian dengan
indahnya disadur tatabahasa,
Menjadi present, past dan future yang dikenal dalam
tatabahasa dari manca sana.
Singkat kata jika waktu yang djadikan wacana maka
jenisnya hanya ada tiga saja.
Atau mungkin di antara Anda merasa mempunyai konsep
yang agaknya berbeda
Ya silahkan saja tetapi tampaknya -- paling tidak untuk
sementara -- ya hanya tiga.
Hanya ada tiga konsep tentang waktu yang dirasa oleh
manusia yang mana saja.
Mencoba memikirkan konsep yang keempat ... ha ... ha ...
ha ... itu mengada-ada
Namanya, meskipun tentu saja tidak ada yang melarang,
hanya saja bagaimana
Bisa dimunculkan konsep keempat kalau alam semesta
pun mengakui yang tiga
Sebagai bingkai konsep waktu semesta yang berlaku di
alam pikiran manusia?
Garis waktu yang indah mempesona juga penuh misteri
sejak jaman dahulu kala.
Ada spekulasi filosofi yang yakin dan percaya bahwa
untuk garis ini hanya ada dua.
Pertama garis waktu itu ada, diam, tak bergerak, dan
alam semesta juga manusia
Melenggang dengan irama masing-masing berjalan
dalam keabadian lintasannya.
Singkat kata waktu hanya diam saja dan tidak bergerak
serta pergi ke mana-mana,
Mahluk hiduplah yang melenggang dalam garis
lintasannya menjalankan darmanya.
Lalu bagaimana dengan lonceng, jam, dan lain
sebagainya? Ah ... itu kan hanya
Alat penunjuk waktu ciptaan manusia yang hanya
berlaku dalam lingkaran kerja
Imajinasi manusia, tidak lebih tidak kurang, fungsinya
hanya penunjuk waktu saja.
Kedua garis waktu itu memang berjalan dan semua
manusia berjalan didalamnya.
Waktu bergerak, manusia juga begerak, entah menuju ke
mana belum jelas juga,
Yang nyata keduanya sama-sama berjalan, memang tak
perlu seirama hanya saja
Yang satu mempunyai batasan waktu dalam alamnya,
yang lain terus saja nyata
Sampai -- dalam versi religiusnya -- yang mahakuasa
tentukan hal yang berbeda.
Mana yang disuka, ya tinggal pilih saja ... atau adakah
alternatif yang berbeda?
Lalu bagaimana dengan konsep tahun baru - tahun lama
yang sekarang ada?
Jika garis waktu yang pertama tolok ukurnya apa makna
tahun baru tahun lama?
Begitu juga jika garis waktu kedua dijadikan dasar
pijakannya, apa maknanya?
Meskipun perbincangan dan diskusinya dapat saja jadi
rumit tidak terkira-kira
Tetapi bagi manusia sederhana dengan pikiran sederhana
tampaknya sama saja.
Semua yang fana diyakini akan berakhir dalam keabadian
waktu di alam sana,
Atau dengan kata lain pada akhirnya semuanya sama saja
yaitu kosong semata,
Dan konsep akhir kosong ini sudah lama diyakini oleh
penganut agama Budha.
Semuanya tidak ada dan kembali ke tidak ada serta akan
abadi dalam tidak ada.
Ha ... ha ... ha ... rasanya harus tertawa, bukan tertawa
tanda senang gembira
Tetapi tertawa saja melihat betapa tak jelasnya makna
hidup kembara manusia
Karena menghadapi waktu saja semua mahluk hidup
tampaknya tidak berdaya,
Selalu kalah pada akhirnya kemudian entah bagaimana
nanti, neraka atau surga,
Atau kosong semata dan tidak ada apa-apa karena waktu
tak berpihak pada kita.
Tahun baru gantikan tahun lama, tugas masih banyak dan
kerja belum apa-apa,
Pergi ke pekan naik kereta - ayo jalankan darma mulia
selagi masih di dunia.
Essi 70 - tbs/kas -- SDA30122011 -- 087853451949
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI