Lihat ke Halaman Asli

Tri Budhi Sastrio

Scriptores ad Deum glorificamus

Kasidi nomor 448 - Orang yang Tak Layak

Diperbarui: 15 Maret 2018   12:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar: freshtecinfo.com

Meskipun sudah lama membaca dan merasa paham tetapi Kasidi kembali tercenung manakala kalimat berikut muncul kembali dalam sebuah kelompok WA beranggotakan ratusan orang. 'Pekerjaan Tuhan seringkali dilakukan oleh orang-orang yang kita anggap tak layak dari tempat yang tak layak dan pada waktu yang tidak layak, dan bahkan mungkin dengan cara yang tidak layak pula.'

Pernyataan ini bukan saja sangat dahsyat dan luar biasa, tetapi kebenarannya bahkan hampir-hampir mutlak. Begitulah Tuhan. Semakin tidak layak seseorang, orang tersebut bisa saja justru semakin digunakan oleh Tuhan, entah untuk menguji, entah untuk melihat, entah untuk melengkapi, mereka yang merasa dirinya sudah layak. Menyadari hal seperti ini, orang yang diberi gelaran 'Rasul Agung' dengan lantang pernah menyatakan bahwa "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat,..." Betapa luarbiasanya dan benarnya Tuhan. Nah, jika memang demikian adanya, Tuhan itu luar biasa dan pasti benar, masih adakah di antara kita yang masih berani memandang rendah mereka yang tidak layak di mata dunia? Atau mereka yang bodoh di mata dunia? Atau mereka yang hina di mata dunia? Jangan pernah, jangan sekali-kali pernah, karena bisa saja mereka sedang digunakan Tuhan untuk menguji dan menilai kita.

Berikut adalah sambungan tulisan dalam kelompok WA tersebut. Jika kita mengetahui latar belakang para murid Tuhan, mungkin kita tidak akan percaya bahwa mereka adalah rasul-rasul luar biasa yang dipakai Tuhan. Ketika Tuhan memanggil kedua belas muridNya, Dia memanggil orang-orang biasa dari berbagai kalangan, status dan usia. Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes dari kalangan nelayan. Filipus seorang biasa yang cermat tapi lambat dalam mengambil keputusan. Natanael orang yang cerdas namun terkenal sering menyombongkan dirinya sendiri. Tomas si peragu, Matius si pemungut cukai (penagih hutang), profesi yang tidak disukai oleh orang Yahudi saat itu. Yakobus anak Alfeus yang berusia paling muda. Thadeus, seorang yang paling pasif. Simon orang Zelot yang berkarakter keras mewakili kaum pemberontak. Dan Yudas Iskariot, sang bendahara yang korup dan pelit.

Para murid Tuhan bukanlah orang yang seharusnya masuk dalam kategori unggulan untuk melayani. Namun itulah hebatnya jika memiliki guru dan mentor seperti Tuhan. Mereka pun diubah menjadi orang-orang luar biasa yang mengguncang dunia. David Agner berkata, "Pekerjaan Allah seringkali dilakukan oleh orang-orang yang kita anggap tak layak dari tempat yang tak layak pula, yakni seperti Anda dan Saya. Untuk mencapai keberhasilan, kita harus mengikuti Dia yang dapat menjadikan kita penjala manusia."

Kasidi sendiri bukan David Agner, dan tidak akan pernah menjadi seperti dia. Kasidi juga bukan penjala manusia. Biarlah mereka yang lebih layak dan pantas untuk menjadi penjala manusia. Lalu apa perannya? Sekarang ini Kasidi sedang berperan sebagai orang yang mencoba bertahan dari terpaan risau dan galau yang terus saja datang menghempas tak henti-henti, tak ubahnya seperti debur gelombang samudera menghantam tanpa jeda karang dan pasir di pantai, kemudian berusaha menikmati dua perasaan ini sebagai limpahan karunia dan berkat Tuhan, karena benar-benar total percaya bahwa pasti ada sesuatu yang 'indah' (atau tidak indah, dan ini sama sekali tidak apa-apa, jika memang demikian adanya) sedang menanti di balik semua kerisauan itu. Kasidi no. 448 -- SDA15032018 - 087853451949 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline