Lihat ke Halaman Asli

Talqin

Diperbarui: 18 Januari 2022   05:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

       Ada riwayat menyatakan, setan pun hadir ketika malaikat maut mencabut nyawa seseorang." Saat terdekat setan kepada manusia adalah saat keluarnya roh." Demikian bunyi satu riwayat dari pakar hadits, Abu Nu'aim. Riwayat lain menyatakan, ada dua setan yang hadir; satu di sebelah kanan yang menampakkan diri sebagai ayahnya, dan satu di sebelah kiri menampakkan diri sebagai ibunya. Keduanya menyebut-nyebut pemeliharaan mereka kepada sang anak, lalu meminta agar dia menolak agama Islam. Demikian tulis al-Qurthubi dalam bukunya, at-Tadzkirah, yang menurutnya disebut oleh sekian banyak ulama, antara lain al-Ghazali.

       Terlepas dari benar atau tidaknya riwayat tersebut, tetapi memang bisa terlihat adanya gerak-gerik seorang yang akan meninggal yang menandakan bahwa ia melihat sesuatu yang tidak dilihat oleh orang sekitarnya. Umar Ibnu al-Khaththab berkata:" Talqin-kanlag (yakni bisikkan dan sebutkanlah) kepada orang-orang yang akan mati ucapan L ilha ill Allh, karena sesungguhnya mereka melihat apa yang kalian tidak lihat." Ajaran untuk mentalqinkan itu bersumber dari petunjuk Nabi Saw., Sebagaimana diriwayatkan antara lain oleh Imam Muslim melalui Abu Sa'id al-Khudri.

       Sebagian ulama menunjuk firman Allah dalam QS.al-Wqih [56]: 83-85 sebagai argumentasi Tentang hadirnya makhluk-makhluk yang tidak terlihat oleh pandangan mata saat-saat roh akan dicabut.

       Abdullah, putra Imam Ahmad Ibnu Hanbal, menceritakan bahwa ketika ayahnya akan wafat dia melihatnya menggerakkan tangan sambil berkata:" Tidak! Tidak!" Beberapa saat kemudian, ayahnya tersadar dan menyampaikan kepada putranya bahwa ada setan yang menggodaku untuk durhaka, maka aku berkata "Tidak! Tidak!

       Itu pula sebabnya, maka dianjurkan untuk tidak memaksakan pentalqinan bagi orang yang sedang menghadapi maut, khawatir ia bosan atau menyebut kalimat-kalimat yang bertentangan dengannya.

         Pentalqinan ini dimaksudkan agar hati yang bersangkutan dipenuhi oleh keyakinan akan kehadiran Allah SWT., Tuhan Yang Maha Esa. Sebagian ulamam mewasiatkan agar tidak mengulangi pentalqinan selama yang bersangkutan belum mengucapkan kalimat lain. Ini dimaksudkan agar akhir kalimat yang diucapkannya adalah L ilha ill Allh, sehingga diharapkan kiranya dia termasuk orang yang mendapat janji Rasul Saw.;" Siapa yang mengucapkan terakhirnya adalah L ilha ill, dia masuk ke surga" (HR.Abu Daud dan Al-Hakim melalui Mu'adz bin Jabal) 

       Perlu dicatat, gerak lidah dan pengucapan tidak banyak manfaatnya jika tidak disertai gerak hati dan pembenaran kandungannya.

       Ada juga riwayat yang menganjurkan untuk membaca surah Yasin (HR. an-Nasa'i Dan lain-lain). Ini karena surah Yasin dinilai sebagai "jantung Al-Qur'an" dan dalam kandungannya terdapat kenikmatan surga serta keadaan Hari Kemudian.

       Terdapat hadits-hadits lain yang dinilai oleh sekelompok ulama sebagai hadits-hadist shahih, antara lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang diakui oleh mayoritas ulama ketelitian dan keketatannya menilai dan meriwayatkan hadist. Salah satu diantaranya menyatakan, Rasulullah Saw. bersabda :" seseorang apabila telah diletakkan di kuburnya, dan para pengantarnya telah kembali, maka sungguh dia mendengar bunyi alas kaki mereka saat mereka meninggalkannya; lalu ia didatangi oleh dua orang Malaikat, lalu keduanya mendudukkannya dan keduanya bertanya: Bagaimana kepercayaanmu tentang orang ini ( yakni Nabi Muhammad Saw.) Adapun yang mukmin maka dia akan berkata:' saya bersaksi bahwa beliau adalah hamba Allah dan Rasul-Nya', sedang orang kafir atau munafik- dalam riwayat lain, sedang orang kafir dan munafik-akan berkata:' saya tidak tahu. Aku berkata tentang dia apa yang dikatakan orang terhadapnya"(HR. Bukhari, Muslim,Abu Daud, dan an-Nasa'i).

       Menolak hadits-hadits yang berbicara tentang pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir atau bahkan pertanyaan-pertanyaan itu setelah kepergian para pengantar, tidaklah menjadikan seseorang Muslim, kafir atau murtad. Di sisi lain, tidak mentalqinkan seorang Muslim yang taat-kalaupun pertanyaan-pertanyaan itu ada , baik yang bertanya Munkar dan Nakir, maupun selain keduanya, keyakinannya telah mantap, pengamalan kesehariannya pun telah mencerminkan jawaban pertanyaan apa pun, dan yang lebih penting lagi adalah QS. Ibrahim [14]: 27 telah menjamin bahwa:" Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh di dunia dna di akhirat."[] 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline