Lihat ke Halaman Asli

Trian Ferianto

TERVERIFIKASI

Blogger

Teknik "Puasa-Lebaran" dalam Perkara Berbelanja agar Keuangan Semakin Optimal

Diperbarui: 18 April 2021   17:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menggunakan teknik puasa-lebaran agar cerdik mengelola keuangan | Dok. Annie Spratt - unsplash.com

Sebagai orang dengan keuangan tidak terlalu berlebih, kecerdikan kita mengelola keuangan menjadi salah satu jurus penting yang perlu dikuasai. Secara panjang lebar, pernah saya ulas bagaimana saya mengelola keuangan menggunakan skema income pentagon. Bisa di baca di sini: Income Pentagon Formula, Strategi Saya Mengelola Keuangan yang Terbatas.

Strategi tersebut tampaknya bisa digunakan kapanpun termasuk saat ramadan. Penyesuaian mungkin perlu di beberapa bagian karena saat ramadan, setidaknya ada beberapa ibadah yang memang memerlukan dana sebagai sarat pemenuhannya.

Yang wajib tentu ada zakat fitrah dan zakat maal jika sudah terpenuhi syaratnya. Yang sunah, ada sedekah, memberi buka puasa untuk orang lain, atau bahkan untuk keperluan sahur dan buka puasa kita sendiri. Untuk yang terahir ini, tidak perlu mewah yang penting bergizi dan dapat menunjang aktivitas puasa kita secara baik dan khusyuk.

Dalam perkara mengatur dana saat ramadan, prinsipnya (harusnya) tidak jauh beda dengan bulan-bulan ramadan. Tip-tip yang biasa diajukan oleh para perencana keuangan pribadi tetap layak untuk diikuti semisal, memprioritaskan yang penting terlebih dahulu, tidak menghabiskan dana untuk yang tidak terlalu dibutuhkan, memikirkan betul-betul sebelum memutuskan berbelanja, hingga sebisa mungkin menambah pemasukan agar semakin leluasa memiliki dana cadangan.

Tidak lupa, sisihkan dana investasi dan dana darurat dalam setiap porsi anggaran bulanan kita. Investasi berguna agar dana kita terus bertumbuh, dan dana darurat berguna jika sewaktu-waktu ada peristiwa genting agar kita siap menghadapi dan tidak terlalu membuat pusing dari sisi finansial.

Untuk melengkapi hal-hal yang sudah kita ketahui bersama, ada satu hal yang dapat kita ambil dari aktivitas puasa ramadan yang kita sedang jalani. Puasa ramadan yang berujung lebaran di akhir bulan.

Makna puasa adalah menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa semisal makan, minum, dan berhubungan suami istri. Perkara lebih spiritualnya adalah menahan diri dari perbuatan-perbuatan tercela yang dapat menggerus kebersihan hati kita.

Filosofi ini yang saya gunakan juga dalam mengelola keuangan, terutama terkait dengan habit spending saya. Saya sering menerapkan pola puasa-lebaran dalam memutuskan membeli barang-barang yang sifatnya tersier atau rekreasi. Efeknya, sama seperti puasa, kita juga jadi memiliki kebiasaan baru yang baik, sekaligus memperoleh 'ganjaran' saat berhasil melaluinya.

Bagaimana cara mempraktikkannya?

Saat saya ingin membeli sepatu yang harganya agak mahal, saya harus 'bernegosiasi' dengan diri. Caranya dengan menahan diri terlebih dahulu dan melakukan habit positif di depan, alih-alih janji palsu di belakang setelah berbelanja.

Misalnya: pernyataan yang biasa dilakukan adalah 'saya akan rutin lari pagi jika saya sudah memiliki sepatu merk A, jadi besok saya akan belanja sepatu merk A'; saya ganti menjadi 'saya harus rutin lari pagi selama sebulan dengan apa yang sudah saya miliki saat ini, setelah berhasil baru saya boleh membeli sepatu merk A yang saya impikan.'

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline