Lihat ke Halaman Asli

Trian Ferianto

TERVERIFIKASI

Blogger

Hal-hal yang Kamu Dapatkan Saat Membaca Murakami

Diperbarui: 24 Februari 2021   03:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu buku Haruki Murakami berjudul Dengarlah Nyanyian Angin | dok. Trian Ferianto

Bagi book lover, membaca karya Haruki Murakami berarti telah masuk pada suatu kasta pembaca sastra elit. Bukan lagi kasta teenlit. (eh..)

Cara bertutur Murakami memang khas. Ia bisa berlama-lama menceritakan sebuah situasi yang dapat dinikmati panca indera, walau hanya dari tulisan. Di lain bagian, ia bisa membuat cerita yang tampaknya tidak logis tapi membuat pembacanya 'iya iya' saja.

Saya sendiri sebagai seorang book lover, haruslah berusaha masuk ke kalangan pembaca sastra elit ini (uhuk). Maka mulailah saya membeli meminjam buku Murakami dari kawan saya.

Dimulai dari karya legendarisnya yang ditulis tahun 1987 berjudul asli Noruwei No Mori yang edisi terjemahan Indonesianya sudah dapat kita nikmati berjudul Norwegian Wood. Di awal membaca novel ini, saya sempat 'menyerah' dan berhenti di halaman-halaman awal. Alurnya terasa sangat lambat sedangkan stock halamannya masih banyak. Tebal sekali. 'Kapan kelarnya?' pikir saya.

Tapi demi bisa masuk ke kalangan pembaca sastra elit dan dapat segera pamer di instastory IG, maka saya kuat-kuatkan membaca hingga selesai.

Supaya penilaian saya terhadap karya Murakami agak-agak valid, maka saya lanjutkan dengan mencoba membaca karya novel pertamanya yang berjudul Kaze no uta o kike.

Berbeda dengan novel yang pertama saya baca, novel ini tipis belaka. Hanya 110an halaman. Versi terjemahannya berjudul Dengarlah Nyanyian Angin.

Setelah membaca dua karya beliau ini, saya putuskan untuk memberikan 'wawasan' kepada calon pembaca Murakami yang masih mau mencoba menikmati karyanya agar lebih siap.

Berikut ini hal-hal yang jamak muncul di karya-karya Murakami:

1. Referensi lagu-lagu klasik

Murakami senang sekali menyelipkan detil lagu-lagu yang didengarkan oleh para tokoh di dalamnya. Lagu yang dipilih tentu bukan lagu Black Pink atau BTC tapi lagu-lagu hits sesuai dengan latar waktu cerita. Mulai dari Scarborough Fair-nya Simon & Garfunkel, Honeysuckle Rose-nya Thelonious Monk, dan Blue Velvet-nya Lee Moris yang gak banyak orang tahu. Termasuk saya juga baru tahu. Hingga yang agak terkenal seperti Norwegian Wood-nya The Beatles dan Close to You-nya Burt Bacharach.

Bahkan, tiga judul novel Murakami diambil dari lagu: Dance, Dance, Dance (dari The Dells), Norwegian Wood (dari lagu The Beatle) dan South of the Border, West of the Sun (dari lagu South of the Border).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline