Lihat ke Halaman Asli

pramujito totok

pengamat sosial

Virus Corona dan Pariwisata

Diperbarui: 18 Maret 2020   21:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seluruh dunia prihatin atas semakin meluasnya wabah virus corona yang dampaknya sangat luar biasa, kian hari kian meluas walaupun disisi lain ada kabar baik banyak pasien corona yang tersembuhkan. Berbagai upaya dilakukan oleh negara mulai dari pengawasan kesehatan dan pembatasan lalulintas manusianya untuk mengurangi mutasi persebaran penyakit tersebut.

Media massa memberikan andil yang besar juga dalam mengabarkan berita yang disajikan secara berlebihan mulai dari siaran radio, siaran televisi, koran, majalah, media massa online, facebook, twitter, instagram, whatsapp dst. Akibat konsumsi berita yang isinya korban virus corona terus bertumbangan secara berlebihan maka masyarakat dibuat seolah-olah bagaikan manusia yang sudah tidak berdaya hingga akibatnya timbul kepanikan tidak tahu apa yang harus diperbuat lagi.

Sikap pemerintah cukup jelas yaitu fokus pada upaya pencegahan agar kejadian visrus corona dapat diminimalisir. Kebijakan pemerintah bukan hanya sekedar melakukan pembatasan kunjungan pariwisata dari negara asal wisatawan, tetapi juga pembatasan sejumlah penerbangan dari semua wilayah yang terpapar virus corona dan hampir semua negara melokalisir agar wabah virus corona tidak menyebar kemana-mana. 

Walaupun pemerintah Indonesia tidak mengeluarkan kebijakan lockdown namun kebijakan pemerintah untuk melokalisir ruang gerak masyarakat harus tetap dilaksanakan sebagai langkah preventif yang paling efektif. Kebijakan pemerintah melalui upaya merumahkan para pegawai atau karyawan sipil serta merumahkan seluruh peserta didik untuk belajar mandiri secara online guna membatasi atau mengurangi mobilitas warga masyarakat dipandang sebagai pilihan terbaiknya. 

Dampak dari kebijakan pemerintah tersebut cukup luas hingga banyak dibatalkannya sejumlah agenda rapat, pernikahan, pentas musik, pertandingan olah raga dan sebagainya yang secara langsung juga berakibat pada penurunan pendapatan masyarakat luas, semakin sepinya jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik hingga sepinya melambatnya layanan para pelaku wisata, mulai dari penurunan pendapatan angkutan umum, penurunan tingkat hunian hotel, penurunan pendapatan restoran, sepinya pendapatan jasa ojek online bahkan semakin turunnya pendapatan pedagang kakilima dan parahnya lagi sampai di desa-desa banyak agenda sosial budaya menjadi terhenti yang membuat melambatnya urat nadi perekonomian nasional.

Akibat virus corona yang telah membuat lelah masyarakat sampai seluruh pelosok desa, telah mengakibatkan krisis di semua daerah sebagai krisis nasional juga, semua diuji sejauh mana kekuatan semua pihak dalam mengantisipasi wabah virus corona dan antisipasi dampak ikutannya. 

Satu persatu namun sangat terasa secara langsung telah merasakan pahitnya dampak kebijakan pemerintah tersebut semisal tidak terpenuhinya target pendapatan berpengaruh langsung pada jumlah angsuran pinjaman, begitu pula pelaku bisnis jasa perhotelan dan perkantoran harus menanggung segala akibat kebijakan untuk merumahkan sejumlah pegawainya. Persoalan semacam ini bagi sektor swasta sangat dirasakan sebagai pukulan berat yang harus dihadapi karena permasalahan yang masif masih terlihat didepan mata.

Banyak solusi lain seperti pada waktu kita menghadapi krisis global beberapa dekade lalu, walaupun untuk saat ini pemerintah tengah memfokuskan program penanganan kesehatan, kita berharap pemerintah juga fokus untuk mengembalikan dunia pariwisata yang masuk ke destinasi Indonesia dengan menambah peningkatan kualitas destinasi pariwisata melalui environment sustainability, health and hygiene, dan safety and security. Namun persoalannya tidak semudah membalikkan telapak tangan karena kerapuhan pelaku pariwisata di Indonesia juga terletak pada kekuatan basis sebagai kekuatan jaringan. 

Disadari bahwa mulai saat ini banyak para pelaku pariwisata langsung banting stir karena industri pariwisata sepi maka mulai beralih pada sektor andalan yang lain yaitu usaha pertanian, usaha sembako, usaha kuliner yang juga belum tentu menjadi jawaban atas krisis yang dihadapi sekarang ini. 

Setidaknya setelah pemerintah menetapkan masa vacum kegiatan masyarakat untuk ditunda beberapa minggu maka penundaan berbagai kegiatan masyarakat disadari sebagai bentuk kewajiban untuk taat pada upaya menjaga atau pembatasan diri untuk mengantisipasi penyebaran virus corona. 

Masih banyak solusi lain banyak hotel-hotel berkelas menawarkan untuk berbagai even kegiatan masyarakat lokal dengan biaya murah untuk menutup biaya operasional baik yang bernuansa even pendidikan, even sosial budaya, even bisnis dan seterusnya. Kuncinya adalah menyemarakkan kegiatan kembali agar geliat ekonomi terus berjalan dengan baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline