Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat dan Praktisi

Pendidikan Timnas U-16, Apakah Cerminan Dunia Pendidikan Indonesia?

Diperbarui: 15 Agustus 2022   12:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilistrasi Supartono JW


Jangan permalukan diri sendiri karena sok tahu. Selalu belajar dalam tindakan menulis, berbicara, berpendapat, berkomentar, dan menyikapi segala sesuatu karena paham dan tahu. Dalami segala kisah, peristiwa, berita, bukan sekadar membaca dan tahu judulnya. Jadilah pandai berpendapat dan beropini karena kuat fakta, data, kedalamannya.

(Supartono JW.15082022)

Tim Nasional Sepak Bola Indonesia di bawah usia 16 tahun (U-16) adalah cerminan PETA KECIL pendidikan terhadap anak Indonesia yang berhasil dari jalur nonformal. Mengharumkan nama dan membanggakan bangsa, negara, serta rakyat Indonesia. Pondasi prosesnya dari sepak bola akar rumput yang terbiarkan nama dan tanpa bantuan anggaran. Jauh dari hirup pikuk rumus akademis dan akademisi.

(Supartono JW.15082022)

Keberhasilan Timnas Sepak Bola Indonesia U-16 meraih gelar Piala AFF U-16 2022, adalah kerja besar yang sudah dilakukan oleh pegiat sepak bola akar rumput Indonesia. Bukan kerja instan PSSI atau Pemerintah.

Nama SSB tidak ada, tidak dianggap

Karenanya saat Ketua Umum PSSI dan Menpora RI ikut-ikutan naik podium dan menjadi yang pertama mengangkat Piala AFF U-16 2022 bersama kapten U-16, sampai menjadi cibiran dan perbincangan publik Indonesia di media sosial (medsos)

Saya sangat memahami mengapa publik sepak bola nasional geram atas tindakan Ketua Umum PSSI dan Menpora RI. Sebab, yang seharusnya diminta naik podium dan turut mengangkat Piala adalah para pegiat SSB dan para Orangtua pemain yang telah berdarah-darah mencurahkan waktu, tenaga, dan biaya, hingga anak-anak yang mereka didik dan bina, sampai layak direkrut oleh tim bernama Tim Nasional.

Para pegiat SSB, demi SSBnya terus hidup, meski tidak semua Orangtua dan Siswa membayar iuran, sampai rela menjual ini dan itu, ada yang sampai hutang ke Bank dengan menggadaikan sertifikat kendaraan/rumah, demi membiaya SSB dan membiaya kompetisi yang diikuti oleh SSBnya. Tidak ada bantuan biaya dari PSSi mau pun dari pemerintah.

Apa sih, yang sudah dilakukan Ketua Umum PSSI dan Menpora RI terhadap sepak bola akar rumput Indonesia? 

Sadarkah mereka berdua, bahwa sepak bola akar rumput Indonesia, wadahnya masih terus dibiarkan salah kaprah, tidak pernah ada pembakuan, apalagi ada regulasi dan kompetisi resmi atas nama SSB/Akademi di bawah bendera PSSI? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline