Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Bangkit Dari Luka Batin.: Sebuah Perjalanan di World Mental Health Day

Diperbarui: 10 Oktober 2025   20:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: https://www.who.int/campaigns/world-mental-health-day/2025

Sumber bacaan dan foto: https://www.who.int/campaigns/world-mental-health-day/2025

Kesehatan mental dalam keadaan darurat kemanusiaan

Hari Kesehatan Mental Sedunia menjadi pengingat yang kuat bahwa tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental. Kampanye tahun ini berfokus pada kebutuhan mendesak untuk mendukung kesehatan mental dan kebutuhan psikososial masyarakat yang terdampak darurat kemanusiaan.

Krisis seperti bencana alam, konflik, dan kedaruratan kesehatan masyarakat menyebabkan tekanan emosional, dengan satu dari lima orang mengalami kondisi kesehatan mental. Mendukung kesejahteraan mental individu selama krisis semacam itu tidak hanya penting – tetapi juga menyelamatkan nyawa, memberi mereka kekuatan untuk bertahan, ruang untuk menyembuhkan, memulihkan, dan membangun kembali, tidak hanya sebagai individu tetapi juga sebagai komunitas. Itulah mengapa sangat penting bagi semua orang, termasuk pejabat pemerintah, penyedia layanan kesehatan dan sosial, staf sekolah, dan kelompok masyarakat untuk bersatu. Dengan bekerja sama, kita dapat memastikan mereka yang paling rentan memiliki akses ke dukungan yang mereka butuhkan sekaligus melindungi kesejahteraan semua orang.  

Sumber bacaan:

https://www.who.int/campaigns/world-mental-health-day/2025

Setiap tanggal 10 Oktober, dunia memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia (World Mental Health Day) yang dicanangkan oleh WHO (World Health Organisation). Hari ini bukan sekadar seremoni, melainkan sebuah pengingat bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

Bagi saya, hari ini terasa begitu bermakna. Karena saya pernah jatuh dalam jurang sakit batin yang tidak kasat mata---namun sangat menyiksa, baik bagi diri saya sendiri maupun keluarga.


Dokumentasi pribadi 

Awal Mula Jatuh dalam Sakit Batin

Kisah ini bermula ketika hasil kerja keras saya selama belasan tahun hilang begitu saja akibat dikhianati. Yang paling menyakitkan, pengkhianatan itu datang justru dari orang-orang terdekat: seseorang yang saya anggap seperti anak sendiri, serta seorang sahabat yang juga mitra bisnis di Singapura.

Sejak saat itu, perangai saya berubah drastis. Dari pribadi yang biasanya kalem dan penuh kasih, saya tiba-tiba menjadi mudah marah. Saya bisa sarapan hingga tiga kali sehari. Ketika istri menegur, saya langsung naik darah. Berat badan saya melonjak dari 60 kg menjadi 90 kg.

Secara fisik, orang tidak melihat saya sakit. Namun batin saya hancur berkeping-keping.

Malam-malam yang Mencekam

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline