Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Semesta Menolak Logika Manusia

Diperbarui: 8 Desember 2021   16:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Siang Hari Temperatur 40 Celcius ,Jam 5 Sore Malahan 44 Derajat Celcius

Desember merupakan awal musim panas Tadi siang ,sempat berkomunikasi dengan sahabat Kompasianers di WAG KPB ,sekedar menyampaikan informasi bahwa kami saat itu berada di kebun . Temperature udara 40 derajat Celcius. Hal ini saya tengok pada penunjuk di kendaraan Nissan X tray yang saya kemudikan. Karena itu kami tidak mampu berlama lama dilapangan terbuka,karena cuaca yang hampir menyamai temperatur di gurun pasir di Mesir yang pernah kami kunjungi beberapa tahun lalu.  Walaupun kami menggunakan topi pandan,tapi tetap saja udara panas menyebabkan wajah rasa terbakar 

Setelah lebih kurang satu jam,kami berdua kembali naik kendaraan dan ac dinyalakan ..wuih enak banget rasanya. Masing masing kami menghabiskan sebotol minuman air mineral yang selalu standy di kendaraan. Karena kami sering berpergian keluar kota dan berada ditempat tempat yang jauh dari Cafe atau restoran. Kalaupun ada yang menjual air di Pompa Bensin,perbotol harganya  4 - 5 dollar pada vending machine. Karena itu  dikendaaran selalu standby sekurang kurangnya 1 lusin botol air mineral.

Dokumentasi pribadi

Logikanya Sore Hari Seharusnya Temperatur Menurun

Logikanya,sore hari saat sinar matahari mulai beranjak kearah barat untuk kembali keperaduannya,mustinya suhu udara berangsur turun hingga 20 derajat Celcius . Tapi hari ini,ternyata semesta menolak logika manusia .Pada saat saya melihat ke jam di kendaraan waktu menunjukkan pukul 5.03 sore hari,tetapi temperatur justru naik ke angka 44 derajat Celcius. Awalnya saya pikir mata saya tidak jelas melihat,karena silau oleh sinar mentari,tetapi setelah saya perhatikan lagi,ternyata benar, temperatur sore ini adalah 44 derajat Celsius. Hampir menyamai rekord terpanas di Western Australia pada tahun 2019 ,yakni 46 derajat Celcius .

Saya memutuskan untuk kembali kerumah. Karena mengemudikan kendaraan diwaktu sinar mentari sangat terik ,terkadang mata silau ,sehingga harus memperlambat kendaraan demi menghindari terjadinya sesuatu hal yang tidak diingini.  Karena memang tidak ada lagi jadwal penting,maka sore ini kami lebih awal pulang kerumah. Biasanya,sekitar jam 7.00 malam kami baru tiba dirumah.

Pohon Alpukat/ dokumentasi pribadi

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi saking teriknya sinar mentari dan suhu udara yang ekstrim,maka tidak hanya dirumah,tapi dalam kendaraan ,warga disini sudah terbiasa untuk membawa persediaan air mineral. Walaupun sesungguhnya air leiding disini layak diminum,tapi tidak disemua tempat menyediakan layanan semacam ini. Maka jalan terbaik adalah membelinya dan membawa terus persediaan air minum . Kalau dibeli perlusin,maka 2 lusin botol harganya sekitar 8 dollar ,jauh lebih hemat ,ketimbang membeli lewat vending machine ataupun di Cafe 

Dokumentasi pribadi

Sebagai orang yang terlahir di daerah tropis,maka cuaca seekstrim apapun panasnya, hanya menimbulkan rasa tidak nyaman,tapi tidak sampai menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan yang berarti. Malam hari kami tidur dengan membuka jendela,sehingga angin malam yang sejuk lebih nyaman,ketimbang menyalakan air condition sepanjang malam.

Tjiptadinata Effendi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline