Mari Kita Tanya Hati Masing Masing
Seperti yang sudah pernah saya tuliskan, sejujurnya secara pribadi, saya bukanlah termasuk tipe orang yang agamis. Karena saya belum mampu mempraktikan apa yang diajarkan oleh agama yang saya imani.
Saya juga tidak mampu berlutur dan berdoa berjam jam sehingga istilah "bergumul dalam doa"sungguh belum dapat saya pahami secara benar.
Setiap malam ,isteri saya yang selalu mengajak saya berdoa.karena kalau saya berdoa sendiri,maka doa saya tidak sampai 1 menit,yakni "Terima kasih ya Tuhan, untuk semua yang sudah kami terima pada hari ini. Lindungilah seluruh anggota keluarga dan orang orang yang kami sayangi. Saya serahkan seluruh hidup mati kami didalam tanganMu ya Tuhan, amin".
Dan dalam hitungan 1 atau 2 menit saya langsung tertidur. Saya bisa tidur di kursi,di kereta api ,dalam bis yang sedang melaju,apalagi berbaring ditempat tidur empuk. Perbuatan yang tidak patut dicontoh.
Kembali ke Judul
Sebelum miss Corona memeluk dunia dengan mesranya dan belum mau beranjak hingga saat ini,setiap tahun,kami menyempatkan untuk pulang kampung.
Suatu waktu ketika sedang saya dan istri berkendara menuju ke Bandung. Seperti biasanya, saya lebih senang bila mengendarai sendiri. Lebih mantap, aman dan nyaman.
Kami berdua bisa bebas bercanda.berbicara apapun urusan pribadi atau sementara kendaraan melaju ,menikmati makanan kecil yang disuapkan oleh isteri saya sambil saya tetap mengemudikan kendaraan .
Tujuan ke Bandung adalah mengunjungi Yanita Effendi, kakak perempuan saya yang tinggal di Cijerah. Dari 11 orang bersaudara, kami hanya tersisa 2 orang, yakni saya dan kakak saya yang 7 tahun lalu kehilangan 2 orang putranya, yakni Ferry dan Hery bersama MH370 yang hilang secara misterius dan hingga saat ini tidak ada kabar beritanya.
Di samping itu sekaligus memenuhi undangan teman teman di Bandung dalam acara temu kangen. Karena pada waktu itu hari Sabtu, maka kendaraan cukup ramai sehingga saat sudah berada diambang kota,kendaran hanya dapat melaju dengan kecepatan 20 kilometer perjam.