Sebuah ruangan megah di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York. Ratusan kepala negara, diplomat, dan pejabat dunia duduk rapi, menunggu giliran pidato tahunan para pemimpin dunia. Di tengah panggung, berdiri seorang tokoh yang namanya hampir tak pernah sepi dari kontroversi, Donald J. Trump.
Bagi sebagian orang, Trump bukan sekadar mantan Presiden Amerika Serikat, tapi juga simbol gaya politik yang blak-blakan, penuh sesumbar, kadang bikin geleng-geleng kepala, tapi selalu berhasil menarik perhatian. Kali ini, di tahun 2025, ia kembali hadir di Sidang Majelis Umum PBB dengan status yang lebih mengejutkan, Presiden AS untuk kedua kalinya.
Namun ada sesuatu yang berbeda. Saat Trump kembali berapi-api memuji dirinya sendiri dan menyebut Amerika sebagai "negara terpanas di dunia", ruangan itu tidak lagi dipenuhi tawa seperti tujuh tahun lalu. Tidak ada senyum sinis, tidak ada gelak tawa yang bergemuruh. Yang ada hanyalah keheningan penuh perhatian. Pertanyaannya, apa yang sebenarnya berubah?
Trump kembali sesumbar di PBB 2025, berbeda dari 2018. Kini tak ada tawa, dunia memilih diam dan mendengarkan klaim "keemasan Amerika". - Tiyarman Gulo
Trump dan Panggung Dunia
Trump memang bukan tipikal politisi biasa. Sejak awal terjun ke dunia politik, ia selalu mengandalkan gaya komunikasi khas ala pebisnis dan bintang reality show, sederhana, penuh klaim besar, dan sering menyudutkan lawan. Bagi pendukungnya, gaya ini terasa jujur dan apa adanya. Bagi lawannya, gaya ini tidak lebih dari kesombongan.
Pidato di forum internasional pun jadi ajang unjuk diri. Tahun 2018, saat masih di periode pertamanya, Trump pernah menyombongkan pencapaiannya di depan Majelis Umum PBB. Dengan lantang ia berkata bahwa pemerintahannya sudah meraih lebih banyak pencapaian dalam dua tahun dibanding pemerintahan manapun dalam sejarah Amerika.
Klaim besar itu sontak memancing tawa dari hadirin. Bayangkan saja, forum serius antarbangsa tiba-tiba pecah karena gaya sesumbar seorang presiden. Alih-alih tersinggung, Trump justru menanggapinya dengan santai, "Aku tak menyangka akan ada reaksi seperti itu, tetapi tidak apa." Bahkan ia sempat tersenyum melihat dirinya jadi bahan tertawaan dunia.
Momen itu jadi salah satu highlight dalam sejarah pidato PBB, Presiden Amerika ditertawakan di panggung dunia.
Pidato 2025, "Negara Terpanas di Dunia"
Tujuh tahun berselang, panggung yang sama kembali jadi saksi. Trump kini kembali berkuasa setelah berhasil memenangkan pemilu dan menggeser warisan pemerintahan Joe Biden.
Dalam pidatonya Selasa (23/9/2025), Trump dengan gaya khasnya langsung mengklaim keberhasilan besar dalam delapan bulan masa jabatan keduanya. Ia menyebut Amerika sebagai "negara terpanas di dunia", sebuah frasa yang sering ia ulang dalam kampanye.
Menurut Trump, Amerika di bawah kepemimpinannya kembali jadi negara dengan,
- ekonomi terkuat,
- perbatasan terkuat,
- militer terkuat,
- persahabatan terkuat,
- dan semangat terkuat di muka bumi.