Apa jadinya jika seorang dewa dihukum karena melanggar aturan manusia? Pertanyaan ini mungkin terdengar seperti awal sebuah mitologi Yunani kuno. Namun, di era modern ini, kisah serupa benar-benar terjadi di atas rumput hijau Amerika Serikat. Sang dewa itu bernama Lionel Messi, dan 'aturan manusia' itu adalah regulasi kaku dari Major League Soccer (MLS).
Seorang pemain yang kedatangannya mengubah peta sepak bola sebuah benua, yang setiap sentuhan bolanya bernilai jutaan dolar, yang namanya menjadi mantra bagi jutaan penggemar, tiba-tiba harus duduk manis di bangku penonton bukan karena cedera, melainkan karena sebuah 'surat tilang' dari liga. Inilah drama yang baru saja mengguncang MLS, sebuah kisah yang membuktikan bahwa di Negeri Paman Sam, panggung sandiwara sekalipun memiliki aturan main yang tak bisa ditawar. Sebuah keputusan yang membuat kita semua bertanya-tanya, apakah ini ketegasan yang patut diacungi jempol, atau sebuah kekakuan yang merugikan?
Lionel Messi disanksi MLS karena mangkir dari laga All-Star. Keputusan ini membuktikan bahwa aturan liga berlaku untuk semua, bahkan untuk ikon terbesarnya. - Tiyarman Gulo
Panggung Gemerlap yang Ditinggalkan Sang Bintang Utama
Semua berawal dari sebuah acara tahunan yang menjadi ritual unik di olahraga Amerika, All-Star Game. Pada Rabu, 23 Juli 2025, para bintang terbaik MLS berkumpul di Q2 Stadium, Texas, untuk sebuah laga ekshibisi melawan para jagoan pilihan dari Liga Meksiko. Ini bukan pertandingan perebutan trofi bergengsi. Ini adalah sebuah pesta, sebuah perayaan, sebuah ajang pamer bagi liga untuk menunjukkan talenta-talenta terbaiknya.
Dua nama tentu saja paling ditunggu: Lionel Messi dan sahabat setianya, Jordi Alba. Mereka adalah magnet utama Inter Miami dan, sejujurnya, seluruh liga. Undangan pun dilayangkan. Namun, saat para bintang MLS berhasil menaklukkan Liga MX All-Stars dengan skor 3-1, dua kursi yang diperuntukkan bagi Messi dan Alba justru kosong melompong.
Keduanya mangkir. Tidak ada di lapangan, tidak ada di bangku cadangan, dan yang paling krusial, tidak ada izin resmi dari pihak liga atas ketidakhadiran mereka. Di belahan dunia lain, absen dari laga persahabatan mungkin hanya akan menjadi catatan kaki. Tapi tidak di sini. Di MLS, ini adalah sebuah pelanggaran serius.
Beranikah MLS Menghukum Ikonnya?
Seketika, jagat sepak bola Amerika terbelah menjadi dua. Di satu sisi, banyak yang skeptis. "Ah, mana mungkin MLS berani menghukum Messi?" begitu kira-kira suara mereka. Logikanya sederhana. Messi bukan sekadar pemain, ia adalah aset komersial terbesar dalam sejarah liga. Ia adalah alasan utama mengapa hak siar laku keras, tiket ludes terjual, dan jersey Inter Miami menjadi item fesyen global. Menghukum 'anak emas' seperti Messi ibarat menebang pohon uang di halaman sendiri. Bukankah liga akan memberinya perlakuan istimewa?
Namun, di sisi lain, suara yang menuntut keadilan bergemuruh tak kalah kencang. "Aturan harus ditegakkan untuk semua!" seru mereka. Jika pemain lain bisa dihukum karena pelanggaran yang sama, maka Messi pun harus diperlakukan setara di hadapan hukum. Mereka tidak mau liga mereka terlihat lemah dan pilih kasih hanya karena silau oleh status seorang megabintang.
Perdebatan ini semakin panas karena MLS punya preseden. Pada tahun 2018, superstar flamboyan lainnya, Zlatan Ibrahimovic, juga pernah melakukan hal serupa saat berseragam LA Galaxy. Ia mangkir dari All-Star Game, dan tanpa ampun, liga menjatuhkan sanksi larangan bermain satu pertandingan. Kenangan akan ketegasan pada Zlatan menjadi tolok ukur: apakah MLS akan konsisten, atau standar ganda akan berlaku untuk Sang Messiah?
Aturan Adalah Aturan
Setelah beberapa hari spekulasi yang membuat tegang para penggemar dan pengamat, MLS akhirnya angkat bicara pada Jumat, 25 Juli 2025. Keputusannya tegas, dingin, dan tanpa kompromi.
"Jordi Alba dan Lionel Messi dari Inter Miami CF tidak akan bermain dalam pertandingan melawan FC Cincinnati pada Sabtu, 26 Juli, karena ketidakhadiran mereka dalam pertandingan All-Star Major League Soccer pekan ini," begitu bunyi pernyataan resmi yang dirilis di laman liga.
Pernyataan itu melanjutkan dengan kalimat yang seolah menjadi sebuah manifesto ketegasan "Menurut aturan liga, setiap pemain yang tak berpartisipasi pada pertandingan All-Star tanpa persetujuan dari liga tidak berhak untuk bermain dalam partai klub berikutnya."