Lihat ke Halaman Asli

George

TERVERIFIKASI

https://omgege.com/

Memilih dalam Pemilukada Ibarat Menumpang Angkot

Diperbarui: 3 Maret 2018   23:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pilkada (KOMPAS/PRIYOMBODO)

Menghadapi Pemilukada, Anda mungkin punya kriteria dan cara pilah sendiri untuk pilih calon yang tepat. Silakan. Saya enggan rempong dengan itu sebab kuatir Anda merasa dikisruhi.  Tetapi jika Anda bertanya bagaimana cara saya, akan saya katakan, hal itu sama saja seperti menumpang angkot. Betul, Anda tidak salah baca, sebagaimana saya tidak salah ketik. Seperti menumpang angkot.

Jika Anda hendak bepergian dengan angkot, berdiri di trotoar sambil lirik-lirik mahluk manis minum teh manis di warung tenda di pojok sana, apa yang jadi fokus perhatian Anda pada seliweran angkot di depan?

Saya berani bertaruh, Anda akan menjawab rute-nya, bukan supirnya (kecuali Anda tante ganjen kebelet kawin lagi).

Di sejumlah kota, rute angkot dibedakan menurut warna cat mobil. Ada yang berbasis nomor. Ada pula yang menurut tulisan trayek di sisi atas kaca depan.

Jika dibuatkan algoritma, tindakan Anda akan berangkai seturut urutan: Melihat rute -- melambaikan tangan untuk menyetop -- naik sambil bertanya ke supir, "Lewat rumah selingkuhan nggak, Bang? -- ambil tempat duduk jika si abang mengangguk sambil kedip-kedip mata  -- memperhatikan apakah abang supir sehat atau dalam kondisi mengantuk, mabuk, tampak jahat, dan lain-lain.

Dengan algoritma yang demikian itu, sudah 90 persen syarat Anda tiba di tujuan dengan selamat terpenuhi. Yang 10 persen serahkan pada penyelenggaraan Ilahi.

Tetapi coba Anda balik algoritmanya. Anda menyetop mobil -- bertanya pada supir, "Abang sehat, tidak mabuk? Abang bukan pemerkosa, kan? Bukan saracen atau MCA?" Saya yakin, alih-alih tiba di tujuan, Anda akan berakhir di dalam ambulans yang meraung-meraung menuju rumah sakit setelah lima menit sebelumnya jidat Anda dijitak supir pakai dongkrak. 

Menentukan pilihan saat pemilukada juga serupa saja.

Yang pertama harus diperhatikan adalah arah yang hendak dituju. Apakah si calon kepala daerah (cakada) hendak menuju arah yang sama dengan kita? Kita dapat mengetahuinya melalui membaca tawaran program yang diajukan.

Ilustrasi. Sumber diolah dari Merdeka.com dan mobilkomersial.com

Program-program adalah langkah detil bagaimana mencapai visi yang dijanjikan. Jika Anda warga provinsi atau kabupaten/kota yang struktur ekonominya pertanian, calon yang menjanjikan visi masyarakat yang sejahtera, di dalam program-programnya tentu bicara tentang peningkatan kapasitas petani, baik pemodalan, penguasaan teknik dan teknologi, perbaikan rantai pemasaran, hingga bisa juga mencakup proteksi harga. 

Jika petani dan sektor pertanian (yang paling banyak menyerap angkatan kerja dan berkontribusi kepada PDRB) tidak atau sedikit saja disinggung, saya jamin visi yang dijanjikan sekedar etalase kata-kata manis yang tidak akan pernah tergapai.

Anda benar jika mendebat saya bahwa rumusan-rumusan program itu  bisa jadi sekedar pembohongan. Anda akan mengangkat kasus program OK-Oce yang ternyata tidak lebih dari mekanisme makelar kredit. Anda tidak salah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline