Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
(Puisi akhmad fauzi)
Bibir itu terlalu mungil untuk menjawab cinta Aku harus membelah hati untuk menyisipkan tambahan gairah Seperti inikah macam kegalauan? Bukan, Hanya sebuah kilatan rona cipta maha rasa yang bersemayam di lembah syahdu
Waktu terlalu singkat untuk mengumbar warna Aku harus menghangatkan kedewasaan Seberat inikah membaca makna? Iya, Karena kata tidak akan mampu melukiskan kesyahduan
Suara berat itu terlalu mudah untuk berakhir pasrah Aku harus menahan nafas sejenak waktu untuk mengusap rindu rasa Sesyahdu itukah? Bahkan lebih, Jiwa telah terangsang duka cita nuansa cinta