Surabaya terus bergeliat dengan pembangunan. Gedung-gedung baru menjulang, menandakan dinamika dan pertumbuhan ekonomi kota yang pesat. Namun, di balik kemegahan proyek konstruksi tersebut, tersembunyi tantangan klasik yang sering kali menggerogoti kesuksesannya yaitu manajemen risiko biaya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah proyek konstruksi di Surabaya, ditemukan fakta bahwa proyek-proyek ini sangat rentan terhadap pembengkakan anggaran. Risiko ini bukan hanya soal angka, tetapi lebih kepada bagaimana sebuah proyek direncanakan, dikelola, dan dikawal hingga tuntas.
Akar Masalah: Terdapat Enam Pemicu Utama Pembengkakan Biaya
Melalui analisis mendalam dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), penelitian ini berhasil memetakan enam faktor pemicu risiko biaya yang paling dominan di Surabaya:
1. Estimasi yang "Lupa" Dana Cadangan: Perencanaan biaya yang tidak menyisihkan dana untuk biaya tak terduga.
2. Komunikasi yang buruk : Koordinasi yang buruk antara manajer konstruksi dan kontraktor lapangan.
3. Gejolak Harga Material: Kenaikan harga material yang seringkali tak terprediksi.
4. Produktivitas Tenaga Kerja yang Rendah: Efektivitas kerja yang tidak optimal.
5. Keterlambatan Logistik Peralatan: Pengiriman alat yang tidak tepat waktu.
6. Pengawasan Keuangan Lapangan yang Lemah: Kontrol biaya di lapangan yang tidak ketat.