Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Sonata

TERVERIFIKASI

Wiswasta

Kisah Sedih di Hari Minggu Pagi

Diperbarui: 11 Maret 2018   09:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. avemariagyrenes.com

Cerita Minggu Pagi 68

Sendiri di rumah. Gerimis menetes-netes. Masih. Aku ingin menghitung berapa ribuan jarum  air luruh membentuk labirin pagi sekira belum saatnya melihat matahari jika hari terang.

"Aku jalan, ya," pintanya setengah pamit.

Aku mengangguk.

"Tak apa ditinggal sendirian?"

Aku menghela nafas panjang sebisa kuhirup udara sejuk pagi ini. Aku duduk di beranda, menyeruput teh panas dengan gula batu. Pohon mangga besar di depan rumah tak bergeming hanya ditiban gerimis.

Dan ia benar-benar meninggalkanku. Untuk sebuah acara pada hari libur mestinya bisa dijalankan berdua. Tidak benar berdua sesungguhnya. Setidaknya aku dengan kegiatanku, dan ia memasak sayur asem dengan sambal terasi dibiarkan di cobek lalu dipenyetnya tempe rebus. Sementara ikan asin menjadi menu andalan.

Hingga matahari meninggi, aku masih duduk diam di bangku kayu panjang. Lumayan menghangatkan badan kalau mau sekadar berjemur. Namun matahari tidak normal betul. Kadang redup dengan sendirinya di balik awan.

"Kamu masih sendirian, 'Yang?"

Aku tersenyum. Aku membalas sebisanya.

"Ya."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline