Lihat ke Halaman Asli

Okti Li

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

Air di Cianjur Riwayatmu Kini

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14301015281037779589

Air di Cianjur Riwayatmu Kini...

Kian hari kian gencar dicanangkannya program-program bertema hijau (go green). Mulai dari menanam pohon atau dibuatnya taman kota, adanya program daur ulang, gerakan bersepeda, sampai penggunaan produk yang ramah lingkungan.

Air yang dapat dikonsumsi oleh manusia hanya berkisar 2,5% dari total air dunia. Dari 2,5% tersebut hanya 29,9% berupa air tanah yang dapat dikonsumsi oleh manusia. (KIPRAH, vol 61/tahun XIV/Maret-April 2014).Padahal tentu saja manusia butuh air bukan hanya untuk minum. Meningkatnya pencemaran air dan lingkungan, menyebabkan krisis air bersih dan ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi manusia ke depannya.

Instruksi Presiden No. 13 tahun 2013 tentang Penghematan Energi dan Air dan Pedoman Pelaksanaannya yang diatur dengan Peraturan Menteri ESDM No. 12-15 tahun 2012 belum bisa direalisasikan. Buktinya, riset Direktorat Konservasi Energi Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan bahwa bangunan perkantoran BUMN dan pemerintahan di Indonesia justru masih memegang rekor tergolong boros energi dan air. (KIPRAH, vol 61/tahun XIV/Maret-April 2014).

Padahal gedung dan perkantoran di ibukota sudah diupayakan penghematan air. Diantaranya melalui pengelolaan air bersih sistem daur ulang STP (Sewage Treatment Plant) dimana memanfaatkan lagi air bekas yang diolah hingga jadi bersih dan dapat dipakai lagi, menggunakan meteran air dan pemasangan keran hemat air demi tercapainya konsep green building.

Sementara itu di daerahku, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), baru-baru ini membuka program pemasangan baru air bersih untuk warga secara masal ke daerah Cianjur bagian selatan. Sebuah kenyataan yang mana dahulu hal tersebut sepertinya tidak mungkin terjadi.

[caption id="attachment_362958" align="aligncenter" width="300" caption="Kantor PDAM Cabang Sukanagara Cianjur Selatan. (semua foto dok pribadi)"][/caption]

Ya, bagaimana tidak. Cianjur adalah sebuah kabupaten yang terkenal dengan beras pandanwanginya. Itu menandakan Cianjur alamnya subur, sawah melimpah, perairan lancar dan normal. Konon Cianjur berasal dari kata cai (bahasa Sunda yang artinya air) dan manjur. Dalam arti lain bisa diharfiahkan Cianjurartinya air yangmanjur, air yang mujarab. Sepertinya sebuah hal tidak mungkin jika warga Cianjur kekurangan persediaan air. Untuk apa berlangganan air jika air selokan saja sangat jernih dan bersih.

Saat aku kecil, masih terekam dalam ingatan jika para petani berani meminum air langsung dari parit. Begitu juga kaum ibu-ibunya yang mengantarkan makan untuk para pekerja di sawah, memetik lalapan dari galengan (jalan diantara sawah) dan mencucinya di air parit lalu memakan lalapan mentah itu tanpa takut sakit perut atau sangsi air tidak higienis. Jadi adalah sebuah hal yang sia-sia jika harus membeli air jika alam Cianjur saja telah menyediakannya dengan melimpah, bukan?

Tapi semua itu dulu. Karena sekarang, semua telah berubah. Beras pandanwangi mulai sulit ditemui karena lahan sawah mulai berganti menjadi lahan industri. Kalaupun masih ada sawah yang tersisa, petani memilih menanam padi jenis lain yang lebih cepat dipanen dan lebih cepat menghasilkan.

Air yang mengairi sawah sudah tidak normal lagi. Petani lebih banyak menggantungkan kehidupan padinya kepada air hujan yang saat ini musimnya pun sangat sulit diprediksi. Parit lebih sering mengering dan justru terisi penuh oleh ongokan sampah. Jika ada air mengalir pun, warnanya keruh, berminyak dan kadang menimbulkan bau.

[caption id="attachment_362961" align="aligncenter" width="300" caption="Jembatan Sungai Cikadu, Kec. Pagelaran jadi tempat pembuangan sampah "]

14301021641465576629

[/caption]

[caption id="attachment_362962" align="aligncenter" width="300" caption="sampah plastik jadi pengisi sungai, parit dan selokan. Lokasi Sungai Cikadu, Kec. Pagelaran"]

14301022331610355403

[/caption]

Air sungai dan selokan di Cianjur memang belum sehitam dan sebau di sungai pemukiman kumuh ibu kota. Namun warga Cianjur harus berpikir seribu kali jika akan mengonsumsinya. Jika air itu untuk padi saja hasilnya tidak bagus, bagaimana untuk organ tubuh manusia?

Kenapa semua ini bisa terjadi?

Kita tidak perlu menyalahkan siapa-siapa. Tapi coba pikirkan saja dulu, kenapa sawah tergerus dan berganti bangunan pabrik yang justru menghasilkan limbah dan polusi? Kita pikirkan lagi, apakah warga Cianjur merasa nyaman jika di sepanjang jalan dan depan rumahnya setiap hari menumpuk kantung-kantung plastik berisi sampah rumah tangga? Sementara saya yang hanya lewat saja, merasa risih dan sangat prihatin melihatnya.

[caption id="attachment_362966" align="aligncenter" width="300" caption="Tumpukan sampah di depan rumah warga, Jl Dr. Muwardi, kota Cianjur"]

14301023451514541830

[/caption]

[caption id="attachment_362972" align="aligncenter" width="300" caption="sampah bertebaran, lokasi Kota Cianjur"]

143010243131824246

[/caption]

[caption id="attachment_362975" align="aligncenter" width="300" caption="meski pada waktunya sampah akan diangkut oleh petugas, tapi pemandangan ini tidak sedap dilihat apalagi lokasi di sebuah jalan raya di kota Cianjur"]

1430102561693088985

[/caption]

[caption id="attachment_362976" align="aligncenter" width="300" caption="sampah minggu pagi depan ruko di kota Cianjur"]

14301026832130895748

[/caption]

[caption id="attachment_362978" align="aligncenter" width="300" caption="sedih jika anak bertanya: Ibu itu sampah ya? kok tidak dibuang? Lokasi Kota Cianjur"]

14301027842115492715

[/caption]

[caption id="attachment_362979" align="aligncenter" width="300" caption="jika hujan datang, selokan mampet karena sampah plastik. Lokasi kota Cianjur"]

14301028851885435503

[/caption]

Mungkin mereka yang membuang sampah sembarangan tidak (atau belum) merasakan dampaknya. Tapi lihat sungai yang dipenuhi sampah, perhatikan air yang keruh dan berminyak itu. Tidakkah kita bersedih melihat tanda-tanda para petani dan warga kesulitan mendapatkan air bersih?

Mungkin juga warga akan membuang sampah langsung kepada tempatnya jika memang tersedia dan lokasinya mudah dijangkau. Sementara di Cianjur, TPS berada di Kec. Cilaku, kota Cianjur. Jika ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) berjarak dua jam perjalanan dengan kendaraan, warga tidak ada pilihan lain selain membuang sampah ke kali dan selokan. Berharap air hujan akan membawa hanyut sampah. Atau hanya menumpukkannya di suatu tempat agar si petugas sampah lebih mudah menganggkutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline