Apakah semua anak muda harus sukses sebelum usia 30? Pertanyaan ini mungkin terdengar sepele, tetapi sering kali membebani pikiran generasi sekarang.
Di era digital ini, kita dibanjiri dengan kisah orang-orang yang tampaknya "sudah jadi" di usia muda. Mereka punya rumah, mobil, karier cemerlang, bahkan bisnis sendiri.
Sementara itu, banyak dari kita yang masih berjuang memahami arah hidup, membayar cicilan kuliah, atau bahkan masih mencari tahu siapa diri kita sebenarnya.
Tekanan untuk sukses di usia muda seolah menjadi standar yang tak tertulis.
Jika belum mencapai target tertentu sebelum usia 30, seseorang dianggap gagal, lambat, atau kurang ambisius.
Padahal, kenyataan di balik layar kehidupan setiap orang itu sangat berbeda. Start kita tidak pernah benar-benar sama.
Sukses yang Terlihat dan Realita yang Tersembunyi
Di balik pencapaian yang dipamerkan di media sosial, banyak cerita yang tidak muncul ke permukaan.
Ada yang memulai hidupnya dari nol, menanggung beban ekonomi keluarga, atau berada di lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan.
Tidak semua orang punya privilege untuk mengejar impian tanpa beban tambahan. Ada pula yang harus mengatasi trauma, masalah kesehatan mental, atau tekanan dari keluarga yang mengharapkan terlalu banyak dalam waktu yang terlalu cepat.
Lingkungan yang tidak sehat juga bisa menghambat pertumbuhan seseorang.