Lihat ke Halaman Asli

Tendra

Penggiat Jurnalisme di Jakarta

Profesionalisme Politik Djarot Saiful Hidayat

Diperbarui: 14 Januari 2018   18:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Djarot Saiful Hidayat

Terdapat sebuah kisah, ketika beberapa pihak membujuk Djarot untuk maju sebagai Cagub, berikut jawaban Djarot yang mengharukan :

"Saya bukan orang ambisius. Kalau dulu Pak Ahok berjuang mati-matian menghadirkan saya, ketika tidak ada perbedaan prinsip, saya selalu susah senang bersama Pak Ahok untuk membumikan Indonesia," kata Pak Djarot.

Djarot lebih dari seorang Wagub untuk Ahok. Hal ini terbukti ketika ia menjadi "Wagub" yang setia kepada Ahok. Dia bahkan tak ingin nama besar. Ia biarkan kredit dan apresiasinya bagi sang Gubernur. Bagi Ahok, Djarot bukan hanya pasangan pemimpin - tapi juga sahabat.

Ada kalimat bijak indah : "Bahkan ketika dunia ingin menjatuhkanmu, seorang sahabat akan tetap datang dan hadir di sampingmu."

Dan itulah yang dialami Ahok dalam jatuh bangun perjalanannya yang berdarah-darah, Djarot selalu hadir di sampingnya. Bahkan ketika Djarot berkampanye seorang diri dan ditolak habis di beberapa tempat, diusir dan dimaki-maki, beliau menghadapinya tanpa gentar sekaligus penuh kesabaran. Dia tetap membela sahabatnya, Basuki Tjahaja Purnama. Ia tak pernah menggunting dalam lipatan. Ia menjunjung tinggi arti kata kesetiaan.

Kesetiaan adalah nilai yang menentukan martabat seseorang. Djarot memilikinya. Ketika sahabatnya dihujat, dinistakan dan dipenjarakan, kesetiaannya tidak pernah bergeser satu milimeterpun.

Kesetiaan itu bahkan mengalirkan air mata. Jika kepada sahabatnya yang dihujat saja ia bisa setia, apalagi kepada rakyatnya.

Kesetiaan itu berasal dari ketulusan hati nurani Djarot dan bukan sebuah kamuflase, beliaupun pernah menangis pilu sedih terhadap sahabatnya Ahok.

Tapi Djarot telah meninggalkan sebuah pelajaran 'politik kemanusiaan' yang sangat berharga bagi bangsa ini. Persaudaraan dan persahabatan itu tidak bisa disekat oleh perbedaan agama maupun warna kulit. Ahok Tionghoa dan Kristen, Djarot Islam dan Jawa. Djarot menempatkan kepentingan rakyat di atas perbedaan primordial itu. Dan di atas segalanya, Djarot menerima Ahok sebagai sesama manusia dan sahabat karib

Ahok dan Djarot adalah sebuah kisah persahabatan yang tulus. Tak sekalipun Ahok dan Djarot saling menjatuhkan. Mereka saling melengkapi satu sama lain.

Djarot mengajarkan pada kita semua bahwa puncak agama itu adalah cinta. Bahwa bila kita mencintai Tuhan maka kita harus mencintai ciptaan-Nya. Dan itu semua ia tunjukkan bagaimana ia membela, menjaga dan menyayangi Ahok - sahabatnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline