Lihat ke Halaman Asli

Patris Allegro

Penulis dan Kreator konten

Kerja yang Kudus: Merenungkan Hari Buruh bersama Santu Yosef Pekerja

Diperbarui: 2 Mei 2025   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap tanggal 1 Mei, dunia memperingati Hari Buruh---sebuah hari yang menjadi simbol perjuangan, keadilan, dan harapan bagi para pekerja. Di hari yang sama, Gereja Katolik merayakan Santo Yosef Pekerja, seorang pria sederhana dari Nazaret, tukang kayu yang bekerja dalam diam, namun mengandung kekuatan besar: kekuatan iman yang diwujudkan dalam kerja sehari-hari.

Paus Pius XII pada tahun 1955 menetapkan 1 Mei sebagai pesta liturgis Santo Yosef Pekerja, bukan untuk menyaingi Hari Buruh, melainkan untuk menguduskannya. Gereja ingin mengatakan kepada dunia: pekerjaan bukan sekadar urusan ekonomi atau politik, tetapi bagian dari panggilan suci manusia.

Pekerjaan: Jalan Kekudusan

Dalam dirinya yang sunyi dan setia, Santo Yosef menunjukkan bahwa bekerja adalah cara untuk mencintai. Ia tidak berkhotbah, tidak menulis kitab suci, tetapi melindungi Yesus dan Maria dengan tangannya yang kasar oleh kayu dan pahat. Ia menghidupi keluarganya dengan peluh, dan dalam peluh itulah ia menguduskan pekerjaannya.

Paus Yohanes Paulus II menulis dalam Redemptoris Custos:

"Pekerjaan menjadi sarana yang dengannya Yosef menunaikan tanggung jawab terhadap keluarganya... dan ikut ambil bagian dalam karya keselamatan."

Artinya, kerja bukanlah kutukan, tetapi bagian dari rencana Allah. Sejak awal, manusia diundang untuk mengolah dan menjaga taman (Kej. 2:15), bukan sebagai budak alam, tetapi sebagai mitra Allah dalam mencipta dan memelihara hidup.

Martabat Pekerja dan Suara Gereja

Gereja selalu membela martabat para buruh. Dalam Compendium Ajaran Sosial Gereja, kita membaca:

"Hak untuk bekerja, menerima upah yang layak, membentuk serikat buruh, dan menikmati kondisi kerja yang manusiawi merupakan hak-hak dasar yang tak terpisahkan dari martabat manusia." (No. 301)

Melalui perayaan Santo Yosef Pekerja, Gereja ingin mendampingi mereka yang bekerja dengan upah tidak layak, yang kehilangan pekerjaan, atau yang bekerja dalam kondisi tak manusiawi. Ia juga ingin menyemangati mereka yang merasa lelah dan tidak dihargai dalam tugas-tugas kecil---para guru, sopir, petani, tukang, ibu rumah tangga---bahwa pekerjaan mereka tidak luput dari mata Allah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline