Lihat ke Halaman Asli

Pertiwi Nanar dan Memar

Diperbarui: 12 Januari 2019   16:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bing.com

tak ada puisi yang akan lahir malam ini
tidak juga bayibayi mungil menetas dini
tak ada janji yang kupercayai tahun ini juga katakata manis. Darimu yang berbau amis

pertiwi semakin renta dan nanar
urat nadinya mekar dan memar
pada garis sesar bersama api yang berkobar
lapar. Sarapan angin dan segala bual tentang sejahtera, menutupi amal korupsimu yang merajalela

kebatilan kau tuan-tanahkan

keadilan kau porak-porandakan

meminta sekali lagi pada anak tiri yang ditenggelamkannya tak sampai mati, terdiam ribuan kaki di kedalaman nadi. Tuk meletup sekali lagi
mengingati jiwajiwa lalai yang hampir mati

adakah kelak, pertiwi benar menggelegak?
dalam amarah yang selama ini tertunggak

Pertiwiku nanar. Memar.

usah kau kabarkan padaku tentang harapan
tentang pertiwi yang kembali gemerlapan
karena tanah yang kau pijak mulai berhamburan;

menungkupi jutaan tubuh tanpa galian kuburan. Diantara jerit kesakitan.

Bandung, 10 Januari 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline