tak ada puisi yang akan lahir malam ini
tidak juga bayibayi mungil menetas dini
tak ada janji yang kupercayai tahun ini juga katakata manis. Darimu yang berbau amis
pertiwi semakin renta dan nanar
urat nadinya mekar dan memar
pada garis sesar bersama api yang berkobar
lapar. Sarapan angin dan segala bual tentang sejahtera, menutupi amal korupsimu yang merajalela
kebatilan kau tuan-tanahkan
keadilan kau porak-porandakan
meminta sekali lagi pada anak tiri yang ditenggelamkannya tak sampai mati, terdiam ribuan kaki di kedalaman nadi. Tuk meletup sekali lagi
mengingati jiwajiwa lalai yang hampir mati
adakah kelak, pertiwi benar menggelegak?
dalam amarah yang selama ini tertunggak
Pertiwiku nanar. Memar.
usah kau kabarkan padaku tentang harapan
tentang pertiwi yang kembali gemerlapan
karena tanah yang kau pijak mulai berhamburan;
menungkupi jutaan tubuh tanpa galian kuburan. Diantara jerit kesakitan.
Bandung, 10 Januari 2019