Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pertiwi Nanar dan Memar

10 Januari 2019   19:27 Diperbarui: 12 Januari 2019   16:54 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tak ada puisi yang akan lahir malam ini
tidak juga bayibayi mungil menetas dini
tak ada janji yang kupercayai tahun ini juga katakata manis. Darimu yang berbau amis

pertiwi semakin renta dan nanar
urat nadinya mekar dan memar
pada garis sesar bersama api yang berkobar
lapar. Sarapan angin dan segala bual tentang sejahtera, menutupi amal korupsimu yang merajalela

kebatilan kau tuan-tanahkan

keadilan kau porak-porandakan

meminta sekali lagi pada anak tiri yang ditenggelamkannya tak sampai mati, terdiam ribuan kaki di kedalaman nadi. Tuk meletup sekali lagi
mengingati jiwajiwa lalai yang hampir mati

adakah kelak, pertiwi benar menggelegak?
dalam amarah yang selama ini tertunggak

Pertiwiku nanar. Memar.

usah kau kabarkan padaku tentang harapan
tentang pertiwi yang kembali gemerlapan
karena tanah yang kau pijak mulai berhamburan;

menungkupi jutaan tubuh tanpa galian kuburan. Diantara jerit kesakitan.

Bandung, 10 Januari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun