Lihat ke Halaman Asli

Tb Adhi

Pencinta Damai

Tragedi Kemanusiaan dari Kanjuruhan

Diperbarui: 3 Oktober 2022   11:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kapolri berikan keterangan pers terkait Tragedi Kanjuruhan. (Foto: Di'sway)


PENGATURAN skor, penentuan juara sebelum kompetisi berakhir, fanatisme suporter yang berlebihan, arogansi pemegang hak siar dalam menentukan jam kick-off (mulai) pertandingan dengan rating tinggi, tidak profesionalismenya panitia dan tenaga/aparat pengamanan, amatirnya PSSI dalam bekerja.

Itu semua wajah sepak bola Indonesia dan didiamkan selama bertahun-tahun. Tidak ada yang mengambil hikmah  dari tiap kejadian. Kerusuhan di dalam dan luar stadion sudah lama terjadi di Indonesia, tetapi tidak ada yang mau belajar.

Suporter meninggal, itu pun sudah lama terjadi di Indonesia, tetapi tidak ada yang mau belajar. Setiap kali jatuh korban, hanya harapan "Semoga ini yang terakhir" yang disampaikan. Tetapi, korban terus berjatuhan. Dan, puncaknya di Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam. Tetap, "Semoga ini yang terakhir," yang bisa dikemukakan.

Masalah gas air mata di dalam stadion, sudah berdekade lalu diingatkan, tetapi Indonesia tidak mau belajar.

Apakah 125 jiwa yang meninggal di dalam stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, belum cukup untuk membuat kita belajar?

Ada gas air mata di dalam stadion dan kondisi bukan kerusuhan dua kelompok suporter berbeda. Yang ada hanya kekecewaan suporter Arema, Aremania, karena untuk pertama kalinya dalam 23 tahun terakhir tim Singo Edan harus menyerah 2-2 pada tim Bajul Ijo, Persebaya, di Kanjuruhan. Yang rusuh di lapangan, gas air mata ditembakkan ke berbagai tribun penonton, membuat penonton berdesakan ke luar.

41134-kapolri-kunjungi-korban-kanjuruhan-633a5e858e083d5f9a61e322.jpg

Melihat sedikit rekaman kejadian yang ditayangkan baik oleh media resmi, maupun video amatir yang yang berseliweran di medsos, tragedi kemanusiaan--seperti yang juga disampaikan oleh Presiden Joko Widodo-- di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) malam itu, apakah kerusuhan suporter, artinya suporter yang rusuh, atau ketidakmampuan mengendalikan massa? 

Keliru melakukan antisipasi, mengambil langkah? Sudah saatnya sepak bola sebagai olahraga tidak dikorbankan demi kepentingan keuntungan satu atau dua pihak pihak. Yang pertama, pelaksana kompetisi, operator liga, yang dalam hal ini adalah PT Liga Indonesia Baru (LIB).

Jauh-jauh hari PT LIB sudah memastikan laga Arema vs Persebaya dalam lanjutan Liga I BRI 2022 ini digelar mulai pukul 20.00 WIB di salah satu televisi swasta yang memiliki jargon "Rumah Sepak bola Indonesia". 

Panpel dari Arema dan pihak kepolisian berkirim surat ke PSSI selaku regulator kompetisi agar jam pertandingan dimajukan, ke 15.30 WIB. Mereka mempertimbangkan rentannya pertandingan, dibayangi 'permusuhan abadi' Persebaya dan Arema.

Namun, LIB bergeming. Mereka berdalih, penonton asal Surabaya tidak diperkenankan datang ke Kanjuruhan. Akhirnya, pertandingan tetap dilaksanakan malam hari, mulai 20.00 WIB itu. Panitia pertandingan dan aparat keamanan nunut saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline