Lihat ke Halaman Asli

Serial: Andaru Wijaya [10]

Diperbarui: 18 Juni 2016   19:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika matahari sepenggalah ia terbangun dan bergegas ke kulah untuk sekedar membasuh mukanya, kemudian berpamitan dengan paman dan bibinya, karena hari itu ia mendapat amanah dari Ki Supa untuk menghadap Raden Prajasena.

Ia berlari dari dusun Tawang menuju Pendawareja, ia merasa terheran-heran bahwa langkahnya ringan sekali dan dapat berlari dengan cepat, ia mengambil kesimpulan sendiri mungkin karena latihan yang sering ia lakukan dengan berlompatan dari batu padas yang satu ke batu padas yang lain membuat ia terbiasa dan nafasnya pun tidak memburu seperti biasanya.

Hanya beberapa saat saja dia sudah masuk dusun Pendawareja, ia lalu memperlambat  langkahnya, sesampainya di kediaman bangsawan itu, ia langsung menemui Ki Supa, karena khawatir Raden Prajasena pergi keluar untuk urusan berdagang, maka mereka langsung menghadap Raden Prajasena di pendapa.

“Kau sudah datang Wijaya ?”Raden Prajasena berkata dengan nada dalam.

“Hamba Raden..”

“Kau sudah menjelaskannya Ki Supa ?,”Raden Prajasena bertanya.

“Sudah Raden, tetapi untuk keterangan selanjutnya, silahkan jika raden ingin menambahkan.”

“Baiklah besok kau dapat berangkat kerumah Pangeran Prangwahana , tetapi jangan hari ini aku memerlukanmu untuk merawat kudaku yang sudah beberapa hari kau tinggalkan.”

“Besok kau tidak perlu datang kesini, bawalah kudaku yang berwarna coklat dan besok kau tukar dengan kudaku yang dibawa oleh putranya, aku sudah berjanji pada pangeran itu untuk menghadiahkan sebuah kuda, tetapi bukan kuda yang dirampas dari tanganmu oleh Raden Widarpa, karena kuda itu sudah dipesan seorang perwira Kompeni.”

Setelah menyampaikan beberapa pesan Raden Prajasena pergi bersama orang kepercayaannya, yaitu ki Wijil dengan berkuda, Wijaya dan Ki Supa langsung dengan kesibukkannya masing-masing.

Wijaya memandikan dan memberi makan, kemudian merapihkan rambut kuda-kuda milik bangsawan itu, dari serambi samping Kinasih memperhatikan Wijaya yang sedang menyisir rambut kuda itu dibawah pohon yang teduh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline