Lihat ke Halaman Asli

TauRa

TERVERIFIKASI

Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

"Polychronic Time" dan Kebiasaan Menghabiskan Waktu

Diperbarui: 13 Februari 2021   05:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi keluarga tengah menonton di rumah. (SHUTTERSTOCK/MONKEY BUSINESS IMAGES via kompas.com)

"Waktu berlalu begitu cepat, tapi kelalaian manusia terhadap waktu berjalan jauh lebih cepat"

Waktu adalah aset yang sangat berharga yang dimiiki oleh manusia. Setiap kita, apapun profesi kita, apakah CEO, pengacara, dokter, pedagang, mahasiswa hingga seorang penjaga parkirpun punya waktu yang sama diberikan oleh Allah, yaitu 24 jam dalam sehari.

Lalu apa yang membedakannya? tentu ada banyak hal, dan salah satunya adalah bagaimana cara setiap individu memanfaatkan waktu. Pada kesempatan yang lalu, kita sudah membahas tentang "Monochronic time" dan bagaimana tipe ini memaknai waktunya.

"Baca : "monochronic time" dan work life balance...."

Kali ini, kita akan melihat cara orang melihat waktu dari sisi yang lain yaitu dari sisi Polychronic time dan bagaimana mereka melihat waktu sebagai aset yang berharga untuk digunakan.

Polychronic Time

Antropolog yang bernama Edward T. Hall menyampaikan bahwa salah satu dari jenis pendekatan seseorang dalam memaknai waktu adalah mereka yang melihat waktu dari sisi Polychronic Time (P-Time).

Orang yang bertipe ini (P-Time), cenderung melihat dan memanfaatkan waktu lebih santai di banding mereka yang meyakini pendekatan Monochronic time (M-Time). Mereka yang melihat dan meyakini konsep P-Time, selalu meyakini kalau hubungan antarmanusia merupakan inti dari kebiasaan P-Time.

Adalah benar kalau waktu itu terbatas dan tidak bisa kembali lagi. Tapi pribadi P-Time adalah mereka yang melihat bahwa mempertahankan hubungan yang baik dan harmonis adalah agenda yang sangat krusial, sehingga waktu digunakan dengan lebih fleksibel selama dalam upaya untuk meningkatkan hubungan baik dengan orang lain.

Contoh sederhananya begini, pribadi dengan pendekatan P-Time, melihat kalau ngopi bareng teman, klien dan seterusnya, itu jauh lebih penting selama hubungan yang terjalin menjadi semakin erat, dibandingkan terlalu fokus mengejar target kehidupan dari jam ke jam yang berpotensi menyebabkan stres.

Pribadi P-Time tidak masalah dengan "waktu yang terbuang" selama itu adalah untuk meningkatkan hubungan antarmanusia menjadi lebih baik, harmonis dan seterusnya.

Bagi pribadi yang menganut budaya P-Time, mereka melihat waktu itu tidak terlalu nyata, sehingga perasaan mereka terhadap "membuang waktu" tidak sebesar dalam budaya M-Time.

Pribadi P-Time juga tidak jarang dapat bertemu dengan lebih dari satu orang dalam satu waktu dan seringkali mengerjakan lebih dari satu hal dalam satu waktu. Singkatnya, pribadi P-Time adalah mereka yang memanfaatkan waktu dengan lebih fleksibel dan santai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline