Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Sentana

Pendidikan dan sosial budaya

Memilah Malam

Diperbarui: 19 Mei 2023   21:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam dan hujan berjalan sembuyi. Bintang bintang telah pergi sejak senja di atas ufuk. 

Waktu telah membujur membentuk gumpalan rindu. Dalam adonan warna dan gairah rupa rupa sepi. 

Beberapa tanya bertengger dengan rahasia yang mematuk matuk isi kepala: untuk apa rindu, untuk apa jumpa, untuk apa di sini? Katanya....

Malam hanyalah sebaris ayat, sebagaimana siang. Keduanya hanya takaran perjalanan. Di seberang benua sana, ana malam yang sekejap. Atau ada siang yang panjang.

Atau bila Dia Berkehendak...Dia menjadikan malam sepanjang zaman hingga kiamat tiba. Dan Betapa Perkasa ia dengan Qudrah dan IradahNya.

Lalu malam bisu menarikmu, mengajak lambungmu menjauh dari kasur empuk. Dan itu sering terabaikan. Sedang siang begitu sibuk dan semarawut.

Oh..malam hanya sebuah jemputan.atau kesiagaan. Kita memilah malam. Menyisir bintang bintang kecil. Atau memanaskan anak pikiran menjadi kesadaran baru.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline