Apakah kalian suka mendengarkan musik dan penasaran bagaimana sejarah perkembangan musik di Indonesia? Museum Lokananta adalah destinasi yang tepat untuk menjawab rasa penasaranmu.
Museum Lokananta, yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani No. 379 A, Kerten, Kecamatan Laweyan, Kabupaten Surakarta, Jawa Tengah adalah destinasi yang wajib untuk dikunjungi. Museum ini berdiri berbarengan dengan diresmikannya revitalisasi Lokananta pada 3 Juni 2023. Untuk masuk ke museum ini, pengunjung hanya perlu membayar tiket sebesar Rp 25.000. Ada banyak hal yang disajikan dalam museum ini, mulai dari sejarah Lokananta itu sendiri hingga perkembangan musik di Indonesia.
Lokananta menawarkan berbagai ruangan galeri yang kaya akan cerita. Salah satu ruangan yang menarik adalah Ruang Linimasa. Ruangan ini menampilkan berbagai bukti sejarah perkembangan Lokananta sebagai studio rekaman pertama milik Indonesia. Beberapa benda bersejarah, seperti foto pendiri Lokananta, R. Maladi, dokumen resmi perusahaan Lokananta dalam perjalanannya di industri musik tempo dulu, hingga kebaya Waljinah, sang diva dari Lokananta.
Selanjutnya, terdapat Ruangan Gamelan, dimana ruangan tersebut berisikan gamelan pemberian dari Keraton Surakarta yang masih digunakan hingga saat ini. Di ruangan ini pula tour guide Lokananta menjelaskan asal-usul dari nama museum Lokananta, “Mengapa dinamakan museum Lokananta? Karena dahulu katanya ada gamelan yang bunyinya sangat indah, tetapi nggak ada yang menabuh. Nah, gamelan itu disebut dengan ‘Lokananta,’” ujar Taufiq, salah satu tour guide Lokananta.
Selain itu, ada pula Ruangan Diskografi yang di dalamnya terdapat arsip-arsip bersejarah, seperti lagu-lagu yang diproduksi oleh Lokananta, audio rekaman penampilan Srimulat, dan rekaman suara asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Semua arsip lagu dan audio tersebut disajikan dalam bentuk CD hingga kaset.
Beranjak dari ruangan diskografi terdapat ruangan berikutnya, yaitu Ruangan Bengawan Solo. Di ruangan ini dijelaskan secara detail bagaimana proses pembuatan piringan hitam (vinyl), mulai dari proses pencetakan hingga pencucian piringan hitam.
Menyusuri ruangan selanjutnya, terdapat satu ruangan yang langsung menarik pandangan siapa saja yang melewatinya. Di dalam ruangan ini terdapat berbagai vinyl album yang diproduksi di bawah label rekaman Lokananta. Cover vinyl yang memiliki beragam desain serta warna yang menarik, ditata secara rapi pada kolom-kolom rak berwarna putih yang membuat ruangan ini menjadi spot foto yang sangat instagramable bagi para pengunjung.
Ruangan Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas di Museum Lokananta (Sumber: Arya Dwi Atmaja)
Ada satu ruangan yang wajib untuk dijelajahi para music enthusiast karena ruangan ini memamerkan sejarah perkembangan musik populer Indonesia di era 60-an, yaitu Ruangan Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas. Dalam ruangan ini ditampilkan kisah gejolak musik Indonesia di masa Orde Lama. Beberapa kejadian sejarah dunia musik Indonesia, seperti penggantian nama musisi yang kebarat-baratan dan juga pencekalan musik yang mengandung unsur kebarat-baratan oleh pemerintahan Orde Lama tergambar jelas dalam berbagai bentuk visual. Selain itu, di ruangan ini terdapat pidato dari Soekarno, dimana beliau melarang musik kebarat-baratan yang dianggap berisik yang disimbolkan dengan istilah “Ngak Ngik Ngok” (bunyi-bunyian biola). Pernyataan ini dibalas oleh salah satu band yang sempat dicekal pemerintahan Orde Lama, yaitu Koes Plus, dimana album pertamanya diberi nama “Dheg Dheg Plas” sebagai bentuk sindiran dari kebijakan di era Soekarno.
Jika berkunjung kesini tidak lengkap rasanya apabila tidak membawa cenderamata dari Lokananta. Di toko official Lokananta, yang posisinya dekat dengan lobi galeri, Lokananta menjual berbagai macam pernak-pernik, mulai dari pin, stiker, tumbler, topi, hingga kaos dengan design lokananta. Tak jarang juga toko ini menawarkan merchandise hasil kolaborasi dengan brand lain.