Lihat ke Halaman Asli

Agung Soni

TERVERIFIKASI

Geliat Usaha Pengepul Emas Jalanan

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13288599561165137901

Siang ini selepas shalat Jumat, saya berjalan-jalan di Kawasan Hasanuddin Kota Denpasar. Ini adalah kawasan yang terkenal sebagai kawasan toko emas. Bila melintasi jalan ini, kita bakal menemui para pengepul emas jalanan yang duduk di pinggir jalan. Posisi mereka tidak hanya duduk di depan emper toko emas saja, namun juga tempat lain, seperti dekat jembatan hasanudin, trotoar Diponegoro - Hasanudin, juga depan masjid Ukhuwah Jalan Sulawesi Denpasar. Mudah mengenali ciri-ciri mereka. Biasanya mereka menyapa kita," Mau jual emas, Pak?". Dari sapaan ini saja kita langsung paham, mereka adalah orang yang mengais rezeki dengan cara membeli emas dari orang yang butuh uang cepat, tanpa prosedur berbelit-belit. Salah satu pengepul emas yang saya kenal adalah Pak Bahri (41 th), asal Pasuruan Jawa Timur, yang sudah puluhan tahun menekuni pekerjaan ini. Beruntung Pak Bahri mau bercerita banyak pada saya. Dari sejarah kerja pengepul , cara kerja mereka, alat-alat yang dipakai sampai penghasilan dari usaha ini. [caption id="attachment_169974" align="aligncenter" width="640" caption="Pak Bahri, yang low profile , penghasilan 7 juta rupiah sebulan"][/caption] Bertutur sejarah, Pak Bahri menekuni pekerjaan ini karena diajak salah seorang kerabatnya yang sudah duluan menekuni. Awalnya Pak Bahri kurang menyukai. Alasannya, karena kerjaannya duduk dan tidak menentu. Tapi lama-kelamaan, Bahri merasakan nikmatnya bekerja sebagai pengepul. Selain, laba bersih yang lumayan didapat dan bisa menafkahi keluarga. Bahri bisa mendapat kolega dan teman kerja serta pelanggan yang setia. Bahkan ada pelanggan yang sudah menganggap Bahri seperti keluarga sendiri. Sang pelanggan sewaktu-waktu bisa menelpon Bahri, malam sekalipun, saat butuh uang mendadak. Jadilah tercipta sebuah hubungan bisnis yang cukup erat. Cara kerja Pak Bahri cukup sederhana. Terima barang (emas), ditimbang berat, diuji kemurniannya, ditaksir dan langsung bayar pada pelanggan. Mirip toko emas. Bedanya dengan toko emas adalah hasil akhir dan harga jualnya. Alat yang dipakai adalah : 1. Timbangan mini digital yang berbentuk mirip kalkulator atau handphone. Dengan alat ini, Pak Bahri bisa mengetahui berat emas yang akan ditaksir. Kisarannya hanya untuk gram.

1328860243717706073

2. Pen penguji. Ada beberapa pen yang digunakan untuk menguji kemurnian emas. Tergantung berapa karat dan porsen nilai emas yang akan dibayar. Untuk ukuran emas 18 hingga 22 karat dinilai paling banyak 70% nilai emas. Dan 23 karat dinilai 80%. Dan emas murni bisa 90%. Masing-masing pen ada angka cetak di atas pen dan nantinya pen akan digosok di atas batu gosok. Dibandingkan dengan emas yang ditaksir, gosokan emas di batu dan gosokan pena penguji akan dibandingkan. Bila 24 karat, gosokan emas di batu sangat lama hilangnya bila diberi air raksa. Beda dengan emas 18 sampai 22 karat, gosokannya akan cepat hilang dari batu bila diberi air raksa. Saat bekas gosokan belum hilang, maka gosokan emas dibandingkan dengan gosokan pena penguji. Disinilah akan terlihat kemurnian emas sebenarnya.

1328860565570093858

3. Batu Gosok hitam. Batu hitam, tempat emas digosok dan dibandingkan dengan pen penguji. 4. Air Raksa, air yang dipakai untuk menguji kemurnian emas.

1328861778338553821

5. Kalkulator. Alat hitung yang diperlukan penghitungan dan pembayaran. Per hari ini, Pak Bahri berani membayar per gram seharga Rp.330.000,-, beda dengan toko emas yang mencapai Rp.380.000,- per gramnya. Emas-emas yang ada lalu dilebur oleh Pak Bahri, kemudian dijadikan emas murni dan dijual pada perusahaan pengumpul emas di Surabaya melalui agen mereka, terkadang juga dijual pada pengusaha toko emas di sekitar mereka. Dan dalam sebulan, Pak Bahri mengaku bisa mengantongi laba bersih hingga 7 juta rupiah, dan bila pasar sedang sepi, minim Pak Bahri mendapat 3 juta rupiah dalam sebulan. Sungguh, lumayan juga buat hidup Pak, ujar Pak Bahri. Kondisi ini tentu saja adalah sebuah kondisi pasar yang bagus buat rakyat negeri ini. Lapangan pekerjaan yang sempit tidak membuat perekenomian dan keuangan otomatis lemah. Karena selalu ada saja celah dan peluang berusaha, bila manusia jeli melihat dan menangkap peluang yang ada. Salam Kompasiana Denpasar, 10 Februari 2012

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline