Lihat ke Halaman Asli

Agung Soni

TERVERIFIKASI

Cara UKM Bertahan di Tengah Badai Krisis Ekonomi

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sebagai salah satu pelaku usaha di Bali, kami sering melakukan sharing bersama teman-teman sesama pengusaha. Selain menambah wawasan , ini adalah salah satu cara terbaik untuk mencuri dan menimba ilmu yang sebelumnya tidak pernah terlintas di benak kita.

Kehidupan Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah kehidupan usaha mikro yang berbasis kepada manfaat dan pengembangan sumber daya minimal tapi berpotensi besar untuk menjadi sumber kekuatan ekonomi bangsa. Contoh sederhana, saat krisis ekonomi bangsa di Tahun 1998, pernah mendengar banyak perusahaan yang gulung tikar karena perubahan drastis dollar kepada rupiah, bukan ?  Tapi tidak pernah terlintas di benak kita bagaimana ibu-ibu penjual gudeg di Jalan Malioboro Yogyakarta tetap bisa tegar berjualan atau pengrajin ukiran di Jepara dan Bali bisa mempertahankan usaha mereka padahal fluktuasi dari rupiah yang terus melemah menjadikan banyak dari kita yang sebagai karyawan harus ikhlas dirumahkan.

Berdasarkan inilah, saya mencoba menulis beberapa cara yang banyak dilakukan pengusaha kecil  dari segi internal UKM itu sendiri yang pernah saya amati dan jalankan sehari-hari.

Cara  UKM  Bertahan

1. Bagi hasil dengan pekerja atau karyawan/staff.

Sepertinya mungkin masih belum begitu banyak usaha kecil yang melakukan sistem pembagian hasil dengan karyawannya sendiri yang bekerja sama dengan sang pengusaha. Cara mudah memahaminya , saat pengusaha mengalami keuntungan dalam pekerjaan, maka untung yang didapat itu juga bisa diberikan kepada karyawannya. Atau mungkin bila dengan cara kami di bengkel yang kami kelola adalah saat akhir hari kerja (sore), omzet yang didapat, langsung saya berikan 2,5% nya untuk karyawan yang masuk ( ini meliputi kerja knalpot dan servis) dan 25% untuk pekerjaan understell (kaki-kaki mobil seperti servis Tierod, Ball Joint, dll). Itu terus kami lakukan setiap hari.

Artinya karyawan memang harus bisa tetap memegang uang setiap hari, di luar gaji bulanan yang tetap sebagai haknya. Hitung-hitung mereka bisa tetap bisa beli bensin untuk pulang pergi bekerja.

Langkah yang saya ambil ini ternyata di luar dugaan membawa banyak kebaikan buat karyawan. Mereka menjadi tertantang untuk bisa mendapat bonus setiap harinya dari pekerjaan mereka. Setiap hari, ada 1 karyawan bisa membawa pulang uang 100 ribu sampai 250 ribu dari hasil kerja mereka. Dan akhirnya banyak karyawan kami yang tadinya belum punya kendaraan roda dua (motor) bisa mengambil cicilan motor. Masuk akal buat saya, karena gaji bulanan utuh, setiap hari mendapat persenan pekerjaan yang lumayan besar. Otomatis, kesejahteraan mereka juga terangkat. Praktis bukan ?

2. Karyawan Harus Terus Mendapat Motivasi dan Inspirasi Dengan Bekal Agama dan Wawasan Kehidupan

Inilah yang mungkin terus dilakukan banyak perusahaan. Karyawan juga manusia. Mereka akan mengalami naik turun semangat bekerja. Saat usaha sedang sepi pelanggan, daripada mereka tidur, maka kami sering mengajak mereka untuk berkumpul dan membaca kitab suci Al Qur'an. Sedangkan yang beragama Nasrani kami beri ruang juga untuk berdoa bersama. Dan yang beragama Hindu melakukan sembahyang di pura kecil yang ada di depan bengkel (biasanya tempat yang kami kontrak, pemiliknya memiliki pura kecil depan toko).

Setiap pagi kami mengajak mereka Shalat Dhuha dan briefing kecil dalam rangka memperkuat ketaqwaan dan motivasi dalam bekerja. Bila bekerja dengan dasar mengingat Tuhan, kami yakin segala sesuatunya akan direstui Tuhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline