Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

"Perjaka DP" Mendalami Filosofi Mendoan

Diperbarui: 14 September 2019   07:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: dokpri

Siapa yang tidak kenal mendoan?
Hidangan terbuat dari tempe yang lebih dikenal di Purwokerto, Banyumas dan sekitarnya. Mendoan paling asyik disajikan untuk menemani kopi atau teh. Apalagi ditambah obrolan ringan. Sungguh, nikmatnya tiada tara. Mendoan makin menjadi bila disantap dengan sambal kecap atau cabe rawit.

Tapi bukan itu soalnya. Mendoan hakikatnya mengandung filosofi yang berguna bagi pelajaran hidup manusia. Sebut saja, filosofi mendoan. Karena dalam bahasa jawa kuno "Mendo" berarti mentah. Lalu mendapat ahiran "an". Jadilah mendoan yang berarti mentahan atau belum matang. Memang sih, intinya mendoan itu tempe yang diberi tepung dan dimasak setengah matang.

Nah, secara filosofi. Mendoan bisa diartikan "selalu berjiwa muda". Karena belum matang berarti siap untuk matang.
Bila matang diartikan sudah tua dan sudah sampai waktunya untuk dipetik, dimakan seperti  buah-buahan. 

Maka mendoan bermakna selalu bersemangat dalam melakukan sesuatu. Sehingga nantinya. Setiap perbuatan dan karya dapat dinikmati, dipetik baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Dari struktur kata, 'mendho,' pun ungkapan yang berarti "di antara kata mendhak (ke bawah) dan mendhuwur (ke atas)". Artinya, mendho memiliki definisi "tanggung", yaitu tidak ke bawah pun tidak ke atas. Mendhoan itu tanggung. Karena kalau sampai kering, namanya jadi keripik tempe. 

Tapi bila terlaku basah namanya jadi oncom atau apa. Jadi secara filosofis, manusia perlu menata diri dan hati-hati. Jangan sampai terlalu ke atas dan jangan terlalu ke bawah; yang pas-pas saja. Agar tidak terjatuh, tidak terlena dalam kehidupan.

Meskipun mendhoan itu enak dan nikmat rasanya. Namun ada nasehat kehidupan di dalam mendhoan Atau mendoan. Agar manusia tidak terbuai dalam kenikmatan dunia saja. Pasalnya ada hal lain yang  harus berani dilakukan, yaitu berjalan 'mendhuwur'' alias ke atas. Selalau ada perjalanan ke atas yang lebih. Bukan pula harus ke bawah (mendhak) hingga terlena dan terjatuh. Saat di atas harus tetap eling, ingat. Saat di bawah harus tetap berjuang dan ikhtiar lan sabar.


Sebagai komunitas informal, PERJAKA DP (PERsaudaraan JAlan KAki Dana Pensiun) pun belajar dari filosofi mendoan. Apalagi saat acara "Sensasi Purwokerto" 13-15 Sept 2019 yang diikuti 38 peserta. Para pemerhati industri dana pensiun Indonesia ini  tetap melakukan aktivitas olah raga jalan kaki di tengah kesibukan kerja. Sekaligus sambil mengkampanyekan arti penting pensiun. 

Agar masyarakat bukan hanya fokus pada gaya hidup, namun tetap punya kesadaran untuk mempersiapkan masa pensiun yang sejahrera. Kerja yes, pensiun oke.

Itulah sedikit oleh-oleh PERJAKA DP di tengah perjalanan ke Purwokerto sambil berjalan kaki. Filosofi mendoan mengajarkan. Aangkah mulia apabila amanat dalam menjalankan kehidupan, manusia tetap menerapkan rasa tanggung jawab tanpa melakukan tindakan endho ataupun menghindar dari realitas. Semuanya harus dihadapi dengan penuh ta gggung jawab... #PerjakaDP #DanaPensiun




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline