Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Ketika Puisi Memeluk Langit Malam (Aksi Bela Kata HUT Komunitas Ranggon Sastra)

Diperbarui: 24 Maret 2017   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anggora, biarkan saja puisi melecut di tubuhmu

Membalut rindu hingga ke bahumu, menyetubuhi rindu semalam

Memekik kata  tuk sinari langkahmu

Teruslah berjalan, teruslah melangkah

Karena aku tahu, kamu pun tahu.

Bahwa kita ada sampai memeluk langit malam


Ketika puisi memeluk langit malam

Suasana itu, kental menyelimuti acara AKSI BELA KATA dalam rangka peringatan HUT Ke-8 Komunitas Ranggon Sastra (KRS) Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. Pada Rabu, 22 Maret 2017 Pukul 15.00 s.d. 21.00 WIB di Pelataran Kampus A Unindra Tanjung Barat. Bertajuk “Aku dan Kamu tapi Jarang Sekali Kita”, KRS menggelar hajatan puisi; mulai dari Pembacaan Puisi, Musikalisasi Puisi, dan Teaterikal Puisi. Suguhan penuh makna dari para anggota KRS dan civitas akademika Unindra, terlebih lagi mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unindra.

Ketika puisi memeluk langit malam.

Karena sudah tidak banyak lagi. Orang-orang di luar sana yang sudi “memeluk langit” apalagi di malam hari. Hari ini mungkin sampai esok, mereka lebih senang “menggapai langit”, meraih langit bahkan hendak menguasai langit. Dari subuh hingga siang bolong, melewati sore hingga menyusuri malam; segala waktu terpakai untuk “menaklukkan langit”. Langit tak lagi menjadi anugerah Tuhan, langit tak lagi menjadi teman. Karena KITA sudah jarang “memeluk langit”. Egois, terlalu dipenuhi rasa AKU dan KAMU.

Entah sampai kapan, aku dan kamu tak mau lagi bercumbu dengan langit; sambil memeluknya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline