Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Anwar

Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Paradoks Anak Muda dan Tradisi : Songket Pandai Sikek.

Diperbarui: 13 September 2025   18:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Masa Depan Tradisi: Apakah Generasi Muda Masih Peduli Produk Budaya?

Studi Kasus Songket Pandai Sikek

Suatu sore di Nagari Pandai Sikek, saya duduk bersama sekelompok ibu penenun yang sedang mengerjakan songket secara perlahan dan penuh kehati-hatian. Di sela percakapan, seorang di antaranya berkata, "Kami ini masih bisa menenun. Tapi yang muda-muda, entah mau teruskan atau tidak. Dan kalau orang luar yang belajar, takut kami nanti hilang jati diri."

Kalimat itu mencerminkan paradoks yang rumit, namun nyata: masyarakat adat ingin tradisi tetap hidup, tetapi takut ketika tradisi mulai keluar dari lingkaran mereka.

Warisan yang Terjepit Zaman

Songket Pandai Sikek adalah salah satu mahakarya tekstil tradisional Indonesia. Motif, teknik, dan filosofi yang membentuk kain ini adalah hasil dari proses budaya berabad-abad lamanya. Namun, sebagaimana banyak warisan budaya lain, songket menghadapi tantangan zaman.

Generasi muda hari ini lebih dekat dengan gawai daripada alat tenun. Budaya digital lebih dominan dibanding budaya material. Dan realitas ekonomi membuat profesi penenun tidak lagi terlihat menjanjikan. Akibatnya, banyak anak muda dari Pandai Sikek yang memilih jalan lain---pendidikan tinggi, pekerjaan kota, atau wirausaha modern.

Pertanyaannya: apakah kita akan kehilangan satu lagi bagian dari identitas kita hanya karena tak mampu mengelola transisi antar generasi?

Paradoks: Menjaga Warisan vs Merawat Masa Depan

Inilah titik kritis yang sedang dialami banyak komunitas tradisional, termasuk Pandai Sikek. Mereka dihadapkan pada dua kenyataan:

  1. Regenerasi Wajib Ada. Tanpa generasi baru yang mau belajar dan melanjutkan, keterampilan menenun yang rumit dan khas ini akan hilang perlahan.
  2. Namun Ada Kekhawatiran. Banyak masyarakat lokal resah jika keterampilan songket "keluar" dari lingkaran masyarakat adat. Ada ketakutan bahwa ketika orang luar mulai menguasai teknik ini, maka nilai-nilai kultural akan terkikis, motif akan disalahgunakan, dan warisan akan kehilangan identitas lokalnya.

Ini adalah paradoks pewarisan budaya:

  • Harus diteruskan, tapi takut jika tak dikendalikan.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline