Lihat ke Halaman Asli

Syahiduz Zaman

TERVERIFIKASI

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Humor Ramadan: Abu Nawas Pas Puasa Tidak Sengaja Menelan Seekor Gajah, Batal?

Diperbarui: 7 April 2024   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dibuat dengan Bing Image Creator)

Di sebuah majelis ilmu di Baghdad, Abu Nawas tengah menyimak seorang ulama terkenal yang terkenal dengan kearifannya namun juga sikapnya yang terlalu serius dan kaku. Ulama tersebut sedang menguraikan tentang pentingnya menjalankan ibadah dengan ketat, mengikuti aturan dan larangan dengan sangat detail, hingga ke hal-hal kecil yang bagi kebanyakan orang terasa memberatkan.

Setiap kali ulama itu menekankan suatu aturan, dia akan merujuk pada kitab-kitab kuno dan berbagai kisah para nabi, membandingkan situasi saat ini dengan masa lalu. Pendekatannya yang sangat literal dan kurang fleksibel ini membuat Abu Nawas merasa gatal untuk memberikan pelajaran.

Ketika sesi tanya jawab dimulai, Abu Nawas mengangkat tangan. Dengan ekspresi serius, dia berkata, "Wahai ulama terhormat, saya sangat terkesan dengan penjelasan Anda. Namun, saya memiliki satu pertanyaan yang sangat mengganggu pikiran saya."

Ulama itu, merasa bangga, mempersilakan Abu Nawas untuk bertanya.

"Jika seseorang berpuasa dan tanpa sengaja menelan seekor nyamuk saat berbicara, apakah puasanya batal?" tanya Abu Nawas dengan wajah polos.

Ulama itu tertegun, terdiam beberapa saat, mencoba mencari jawaban dari kitab-kitab yang telah ia pelajari. Semua hadirin menunggu dengan penuh antusias.

Setelah beberapa saat yang canggung, ulama itu menjawab, "Menurut saya, tidak, karena itu tidak disengaja dan nyamuk sangat kecil."

Abu Nawas tersenyum, kemudian berkata, "Ah, saya lega mendengarnya. Tapi bagaimana jika nyamuk itu menelan seekor gajah sebelum saya menelannya? Apakah puasanya masih sah?"

Riuh tawa pecah di seluruh ruangan. Ulama itu, meski awalnya kesal, tak bisa menahan senyum melihat kecerdikan Abu Nawas. Dari situ, ia belajar bahwa terlalu banyak kaku dalam memahami agama bisa membuat seseorang kehilangan esensi sebenarnya, yaitu kebijaksanaan dan kemudahan.

Abu Nawas, dengan cara yang cerdas dan lucu, berhasil menyampaikan pesan penting tentang fleksibilitas dan kebijaksanaan dalam beragama, membuat hari itu tidak hanya menjadi sesi ilmu yang berat, tapi juga pengingat bahwa kecerdasan dan humor bisa menjadi cara yang indah untuk memahami kehidupan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline