Lihat ke Halaman Asli

Surat Pilihan untuk Bajing Penjilat Ludah

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku bebas, melepas kesengitan dalam lubuk.

Ketika amarah membentang diantara lembaran hati yang tipis

Suatu hari kau bilang “Jangan menjadi wanita top!!”

Ku tanya mengapa?

Aku memiliki hak,

Jangan menjadi wanita karier!!”

Ku serukan lagi, lalu bagaimana dengan dirimu?

Aku memiliki hak,

Mereka adalah perampas HAM” katamu setengah meninggi.

Ku serngitkan dahi, bagaimana bisa?

Perampas hak laki-laki!!”

Ku tanya lagi, bagaimana dengan hak perempuan yang sering terampas.

Mereka mengambil posisi laki-laki!!”

Kuhardik sambil melotot, siapa suruh laki-laki berpangku tangan, kataku.

Wanita mana yang kuat hidup melarat, sedangkan si suami berpangku tangan?

Engkau menyeru lagi,

Wanita kodrati tercipta berada dibawah ketiak suami!!”

Bagaimana jika suami berada pada taraf tiarap?

Apakah kami wanita berada pada posisi yang jauh lebih rendah dari tiarap?

Berada dibawah, berharap bebas, tapi melemas.

Terkadang dielu-elukan, jarang dilepas, sering dicumbu.

Mengapa tak mencoba untuk mendongak, sekedar bangkit misalnya.

Bodoh!!!

Masih saja engkau diperbudak kodrati,

Manusia lemah!!” katamu mengeras.

Engkau masih mencibir?

Ahhh, lalu makhluk macam apa engkau?

Nyatanya engkau berwujud manusia, berkelamin dan bertedeng wanita,

Lalu, mengapa engkau berteriak semacam bajing penjilat ludah?

Dimatamu salah, tapi tetap terlakoni.

Dengan kerendahan hati kupersilahkan engkau memilih

Diam atau Ganti kelamin mu,

Jangan bertedeng wanita!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline