Lihat ke Halaman Asli

Semarang, Sekarang Kota Dulunya Laut

Diperbarui: 4 Januari 2023   05:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tawang (sumber: detik.com)

Semarang kaline banjir
Ja sumelang ra dipikir

(Syair lagu: Jangktik Genggong, Waljinah)

Menjelang perpindahan tahun ke 2023, tepatnya 31 Desember 2022, kota Semarang mengalami banjir pada hampir seluruh kota bagian bawah.Memang kota Semarang memiliki geografis yang unik, perbukitan dan dataran rendah.Daerah perbukitan dikenal dengan sebutan Candi.

Saat timbulnya banjir, kita sempat merenung seperti apakah geografis kota Semarang tempo dulu. Perhatian sempat tertuju pada Klenteng Sampokong yang terdapat di bukit Simongan, kira-kira 7 km dari garis pantai sekarang.

Sampokong (sumber: idntimes.com)


Kalau mengingat Cheng Ho adalah seorang laksamana, tentu dia mendarat di Semarang dengan menggunakan kapal. Nah, tentunya Cheng Ho yang mendarat sekitar abad ke 16 tinggal di dekat pantai, terbukti dengan peninggalannya yaitu Klenteng Sampokong. Logikanya, kawasan sejauh 7 km dari Sampokong ke garis pantai sekarang tadinya adalah laut.

Hal ini terjadi karena tiap tahun terjadi pendangkalan laut purba, akibat endapan lumpur yang dibawa oleh sejumlah sungai, diantaranya kali Garang, yang sekarang menjadi sumber air bagi warga Semarang.

Timbunan lumpur ini membentuk sedimentasi tanah berabad-abad hingga menjadi daratan. Terjadinya sedimentasi ini maju 8 meter setiap tahun, atau 2 km setiap 2,5 abad, menurut catatan seorang pakar  geologi asal Belanda, Willem van Bemmelen. Timbunan lumpur ini berakibat pelabuhan Bergota yang menjadi pelabuhan besar pada era kejayaan Mataram menurun pamornya.

Bukti lain, di kota Semarang terdapat kawasan bernama Gisikdrono, yang artinya daerah ditepian laut yang kini terletak 7 km dari garis pantai, seperti daerah Bergota dan Simongan.

Pada abad 17 Pemerintah Belanda di Indonesia melakukan pembangunan gedung-gedung perkantoran, tepatnya di kawasan yang sekarang terkenal dengan sebutan Kota Lama Semarang. Salah satunya jembatan Mberok gereja Blenduk, stasiun Tawang, stasiun Poncol dan gereja Gedangan (Santo Yusuf) serta perkantoran seperti Marabunta, dan lain-lain.

Karena itu kota bagian bawah Semarang, sangat rendah, sehingga mudah terserang bencana banjir. Itulah sebabnya tidak heran, bila curah hujan sangat tinggi, kawasan rendah ini mudah terjadi banjir. Semoga Pemkot Semarang segera melakukan pembenahan kanal sehingga mampu mengatasi banjir.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline