Lihat ke Halaman Asli

Hadiah untuk Sopir Kantor

Diperbarui: 21 Maret 2022   06:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sarung (sumber: murianews.com)

Sebut saja namanya, Nurdin, dia berprofesi sebagai sopir kantor di department General Affair. Dia bukan sopir pribadi siapapun, setiap mendapat jadwal dari pimpinan departemen General Affair, dia selalu melayani mengantarkan atau menjemput dengan baik.

Saya juga rutin mendapat layanan jasanya, bila harus keluar kantor untuk menghadiri rapat di kantor pelanggan, dan dia dengan setia menunggu serta menjemput di depan gedung bila sudah kupanggil melalui pesan singkat.

Biasanya saya meminta jasa sopir dari General Affair bila harus menghadiri rapat di gedung yang sulit mendapatkan tempat parkir. Untuk rapat di lokasi pelanggan yang tempat parkirnya mudah, saya lebih senang membawa mobil sendiri.

Saya juga sering diantar jemput bila sedang tugas ke luar kota dengan pesawat. Diantar berangkatnya, dan dijemput saat pulang. Saya juga acap menggunakan jasa sopir bila harus menghadiri pemasukan dokumen pelelangan, agar tidak terlambat dan pikiran dapat berkonsentrasi pada perhitungan harga saat negosiasi setelah pelelangan dibuka. Juga pulangnya lebih aman, bila pelelangan kalah, karena sopir lebih konsentrasi pada pekerjaannya tanpa terpengaruh menang atau kalahnya pelelangan.

Sebagai sopir kantor, Nurdin jarang mengeluh seperti sopir lainnya. Meski harus berangkat pagi hari maupun pulang malam hari tugas tetap dijalankannya dengan baik.

Karena sikapnya yang baik dan bersahabat banyak karyawan yang senang bila diantar oleh Nurdin. Bahkan saat bulan Ramadan tiba, meski dia menjalankan puasa dengan rajin, dia tetap bekerja dengan penuh semangat dan tidak tampak mengantuk atau lemah.

Itulah sebabnya, saya setiap menjelang Lebaran, selalu memberikan hadiah sebuah sarung untuk keperluan sholat Ied. Ketika saya pernah bertugas ke Samarinda, sempat saya belikan sarung Samarinda. Tetapi bila sedang tidak keluar kota, saya membelikan dari toko swalayan di dekat rumah. Tanpa melihat harga atau kualitasnya, Nurdin sangat senang atas hadiah sarung ini.

Karena hanya saya yang memiliki kebiasaan memberikan hadiah sarung pada setiap Lebaran, maka beberapa hari menjelang memasuki bulan Ramadan, Nurdin memberanikan diri untuk bicara dengan saya.

"Tahun ini ada hadiah sarung lagi, Pak?", tanyanya dengan sopan dan agak malu-malu.

"Ya tentu," jawab saya. 'Tapi saya belum beli sekarang".

"Wah kebetulan Pak, karena saya kepingin mendapatkan sarung dengan pola batik agar seragam dengan isteri saya saat ber Lebaran di kampung", katanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline