Lihat ke Halaman Asli

Susanti Hara

Seorang pendidik yang suka berkreasi

Slibon di Pantai Setrojenar

Diperbarui: 16 Juni 2018   22:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Slibon di Pantai Setrojenar - Dok. Susanti Hara

Pada hari kedua lebaran, slibon seakan menjadi tradisi bagi warga Desa Sidomoro Kebumen, tanah kelahiran saya. Pada waktu kecil, ada truk khusus di desa kami yang mengangkut warga untuk slibon ke Pantai Petanahan Kebumen. Slibon yang merupakan bahasa lain dari berenang atau mandi di pantai ini, tetap menjadi Primadona. Bahkan, saat ini ada bahasa yang menarik di antara sesama pemudik.

"Yen mudik ayo slibon!"

Maksudnya, kalau mudik ayo slibon!

Meski sampai sekarang truk pengangkut itu masih ada, tapi dengan adanya perkembangan zaman, kini ada juga warga yang pergi slibon bersama keluarga menggunakan kendaraan pribai, baik itu sepeda motor maupun mobil. 

Salah satu pantai terdekat dari Desa Sidomoro, dan kurang dari satu jam dari desa kami menuju tempat ini, dan saat ini menjadi tempat tujuan wisata adalah Pantai Setrojenar. Pantai yang terletak di Jalan Pantai Bocor, Godi, Setrojenar, Buluspesantren Kebumen ini cukup bersahabat untuk berenang. Meski pada tahun 2017  pernah ada kejadian pengunjung yang terseret ombak hingga tewas, tapi tetap saja pantai ini menjadi salah satu tujuan  wisata. 

Bagi anak-anak, dan mereka yang sudah beranjak dewasa, atau  orang dewasa, slibon di tempat ini sangat mengasyikkan. Kita bisa  menunggu ombak bergulung-gulung lalu duduk membelakangi dan ombak itu  akan menyeret kita ke tepian. Sensasi luar biasa. Dan bagi anak kecil, di pantai ini tersedia area kolam kecil yang terbuat dari terpal lengkap perosotan dan permainan ban, serta dilengkapi dengan kamar mandinya.  

Arena kolam renang - Dok. Susanti Hara

Mereka yang selesai slibon bisa mandi di tempat ini. Jangan harap bisa mandi di kamar mandi mewah seperti tempat renag yang khusus untuk renang. Kamar mandi di area Pantai Setrojenar ini yang penting tertutup rapat dan ada ember serta gayung untuk mandinya.

Waktu saya masih kecil, ketika libur sekolah, pantai ini masih sepi. Ketika mengunjungi sore hari, paling saya dan beberapa teman saya serta pemancing yang mengunjungi tempat ini. Namun sekarang, pengunjungnya mulai padat. Sepadat aktivitas pengunjung yang beragam. Di Pantai Setrojenar saat ini bukan hanya untuk slibon atau berenang. Tapi ada juga pengunjung yang sekedar berfoto atau menemani keluarga menikmati keindahan ombak bergulung-gulung di bawah langit yang senada dengan air laut di tengah-tengah pantai. Ada juga mereka yang hanya sekedar bermain pasir dan membentuknya menjadi apa yang mereka inginkan.

Asyik berfoto di Pantai Setrojenar - Dok. Susanti Hara

Mereka yang takut dengan air pantai, atau keluarga yang sedang membiasakan putra-putrinya mengenal pantai atau dunia air, bisa mengajak putra-putri atau keluarganya naik kuda. Atau bisa juga mengajak keluarga bermain layang-layang

Bermain layang-layang di Pantai Setrojenar -Dok. Susanti Hara

Tempat wisata yang terkenal murah meriah ini sekarang cukup lengkap fasilitasnya. Usai slibon atau bermain-main menikmati suasana pantai, pengunjung bisa menikmati sajian jajanan dari warga sekitar. Penjualnya bermacam-macam, ada yang menggunakan sepeda, sepeda motor, dan banyak juga tenda-tenda serta kedai makanan. Untuk tenda-tenda penjual makanan di pantai ini sudah cukup kekinian dengan menggunakan payung warna-warni yang menarik.

1502085689080-5b25126516835f2370512853.jpg

Sedangkan untuk kedai-kedai penjual makanan masih terbilang alami dengan menggunakan bahan bangunan alami seperti dari kayu maupun sabut kelapa. Salah satu makanan khas di desa ini adalah Sate Ambal dan undur-undur yang digoreng atau dijadikan rempeyek. Ada juga yang menyebut undur-undur di tempat ini dengan yutuk. Semua makanan di pantai ini sangat terjangkau, dengan uang kurang dari 20 ribu rupiah kita sudah bisa kenyang menikmati sate ambal dan lontongnya.

Pertama kali waktu menikmati Sate Ambal, saya merasa kaget karena rasanya yang manis. Beda sekali dengan sate di Bandung yang terkesan gurih saja atau kalau manis pun dari kecap. Menurut keterangan penjualnya, Sate Ambal ini direndam dulu menggunakan gula Jawa, makanya rasanya manis. Sate dari daging ayam yang berasal dari daerah Ambal, Kebumen ini memiliki keistimewaan tersendiri karena bumbunya berasal dari tempe rebus yang dihancurkan hingga halus. Ditambah lagi aroma saat membakar dengan aroma rempah yang menggoda selera. 

Meski sekarang pantai ini sudah menjadi salah satu obyek wisata dan dikunjungi banyak wisatawan dari luar kota, keunikan dari saat saya masih kecil hingga kini masih ada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline