Lihat ke Halaman Asli

surya alexander

self employed

Mengapa Kita Sebaiknya Tidak Menggunakan Jasa Buzzer dan Fake Engagement di Media Sosial

Diperbarui: 13 September 2025   15:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Di era media sosial saat ini, angka like, share, dan komentar sering dijadikan tolok ukur kesuksesan konten. Tidak sedikit influencer atau brand yang tergoda menggunakan jasa buzzer atau fake engagement untuk menaikkan angka tersebut secara instan. Bahkan ada yang menggabungkan buzzer manusia dan bot agar sulit dilacak oleh algoritma platform.

Namun, apakah praktik ini benar-benar aman dan efektif? Dan adakah cara membangun audiens asli yang lebih berharga?

Berikut alasan logis mengapa kita sebaiknya menghindari metode buzzer dan fake engagement, serta strategi membangun audiens nyata.

1. Engagement Tidak Selalu Relevan

Meskipun beberapa jasa buzzer menggunakan orang asli untuk komentar atau like, interaksi ini tidak selalu berasal dari audiens yang benar-benar tertarik dengan konten atau produk Anda. Angka tinggi yang terlihat cantik di layar tidak selalu berkontribusi pada pertumbuhan komunitas yang loyal atau konversi nyata, seperti penjualan atau pendaftaran.

2. Risiko Shadow Ban dan Penalti

Platform media sosial memiliki algoritma yang semakin canggih. Aktivitas tidak organik—meskipun sebagian dilakukan manusia—dapat menurunkan jangkauan konten, membatasi distribusi, atau bahkan menyebabkan akun terkena shadow ban. Artinya, konten asli yang Anda buat justru akan sulit ditemukan orang lain.

3. Kredibilitas dan Reputasi Terancam

Engagement palsu, termasuk komentar generik dari buzzer, mudah terdeteksi oleh audiens yang kritis. Hal ini dapat merusak kepercayaan dan reputasi brand atau personal brand. Sekali kredibilitas hilang, membangunnya kembali jauh lebih sulit daripada membangun angka instan.

4. Bisa Dipakai untuk Menipu Brand

Selain risiko pada akun sendiri, jasa buzzer dan fake engagement sering dipakai pihak ketiga untuk menipu brand atau klien. Misalnya, angka engagement palsu bisa digunakan untuk:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline