Lihat ke Halaman Asli

Suradin

Penulis Dompu Selatan

Belajar Me-raosting Kopi ala Kampung

Diperbarui: 5 April 2020   13:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri. Proses merosting kopi (05/04/2020)

AKHIR-AKHIR ini, kopi menjadi brand yang cukup sering perbincangkan, baik di kalangan pebisnis kopi, terlebih di kalangan  anak-anak muda milenial. 

Menjamurnya kafe-kafe di berbagai kota dengan berbagai model dan tempat, adalah bukti bahwa kopi memiliki pasar dan peminatnya sendiri.

Kafe-kafe tersebut menyajikan berbagai asal muasal kopi, serta brand yang unik. Sebut saja, kopi Toraja di Sulawesi Selatan, Kopi Gayoh di Sumatra dan kopi Tambora di Kabupaten Dompu, serta beberapa tempat lainnya di Nusantara. 

Dari semua kopi memiliki aromanya masing-masing, yang disesuaikan dengan prosesnya, mulai dari memilih biji kopi, merosting, menghidangkan sampai menyeruputnya. 

Di kampung saya, masyarakat memiliki cara merosting (pembakaran) kopi yang sudah lama diwariskan turun temurun, hingga kini. Jauh sebelum kopi menjadi trend seperti saat ini, masyarakat sudah menjadikan kopi sebagai salah satu minuman penghangat tenggorokan kala pagi menyapa. 

Sebelum proses merosting, terlebih dulu kopi dicampur dengan irisan kelapa, jahe, dan beras. Lalu di rosting di atas wajan besar yang terbuat dari tanah liat. Dalam proses merosting, api harus tetap terus menyala, dan waktu yang dibutuhkan bisa berjam-jam lamanya. Hal ini, untuk menghasilkan  aroma dan rasa kopi yang di inginkan pada saat dihidangkan dan diseruput. 

Pada saat merosting inilah, seseorang harus siap duduk lama, dan merasakan panasnya api di tungku. Walaupun kopi di wajan sudah terlihat hitam pekat, namun tidak lantas dianggap kopi sudah  matang. Dalam hal ini dibutuhkan pengalaman serta proses pembiasaan untuk bisa mengetahui secara jelas bagaimana kopi bisa di nyatakan sudah layak untuk dikeluarkan dari wajan. 

Dokpri

Dokpri

Setelah proses merosting sudah selesai, biasanya kopi di simpan di ember dan nyiru untuk di dinginkan beberapa saat sebelum ditumbuk. Proses ditumbuk merupakan tahapan terakhir sebelum kopi dihidangkan dengan air hangat. Pada saat dihidangkan kopi hanya dicampur dengan gula pasir yang disesuaikan dengan selera penikmat. 

Dalam proses tersebut, umumnya dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga. Itupun yang sudah terbiasa dan berpengalaman. Sebab, jika dilakukan oleh seseorang yang baru pertama kali, maka bisa jadi kopi yang di inginkan tidak akan sebaik yang di harapkan. 

Kebiasaan minum kopi di kampung saya, biasanya hanya dilakukan oleh orang-orang tua, sebelum mereka beraktifitas. Baik sebelum berangkat ke kantor terlebih mereka yang bekerja seharian di ladang dan di sawah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline