Lihat ke Halaman Asli

Supli rahim

Penulis dan dosen

Alhamdulilllah, Allah Mengujiku Dengan Umur Panjang

Diperbarui: 10 Januari 2022   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Bismillah,

Suatu hari aku membandingkan umur kakekku, ayahku dan aku. Kakekku ketika meninggal 93 tahun, ayahku 77 tahun dan aku aljamdulillah masih menunggu giliran. Berapa tahun? Waallahualam. Tapi tak lama lagi. Karena kita manusia hanya diberi jatah sehari sehari. Besok masih insyaa Allah masih bernafas.

Kakekku hanya sekolah sehari

Kakekku hanya sekolah sehari pada zaman Belanda. Karena itu dia bertahan sebagai buta huruf. Tapi hatinya terang benderang. Saya yakin dia mati husnul khotimah karena pingsan pas solat subuh. Pagi jelang siang meninggal. Saya menyesal karena saat dia meninggal saya sedang menguji mahasiswa untuk jadi sarjana. Saya juga saat itu masih hidup susah. Tapi saya bersyukur karena saya membawa umur historis kakek. Saya yakin bahwa pahala dari amal ibadah saya mengalir pada kakek sampai hari kiamat.

Ayah saya hanya kelas 3 SD

Kekaguman saya pada ayah adalah karena di paling sering memarahi saya tetapi banyak teladan yang saya terima dari ayah. Ayah menyekolahkan saya walau hidup susah. Ayah walau paling banyak memarahi saya tetapi dia memberi contoh konkrit pada saya. Dia sangat baik pada ayah ibu mertua, saudara kandung, ipar, keponakan. Tangannya suka memberi. Dia mrnyelolahkan saya dari Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah, SMP Negeri Manna dan SMA Negeri Manna, lalu melanjutka  kuliah di UNSRI.

Setelah tamat kuliah walau masih status honorer sebagai dosen, saya mulai ingin "mengembalikan" biaya yang ayah keluarkan menyekolahkan saya. Caranya? Saya menyekolahkan adik-adik saya. Pertama, ada adik saya yang bersekolah SMP, satu lagi SMA. Saya bawa ke Palembang. Ayah Ibu masih di desa Tanjung Baru alias Lubuk Langkap Seginim Bengkulu Selatan.

Setelah 2 tahun berjalan, saya membujuk ayah ibu, kakek, adik-adik semuanya pindah ke Palembang, 500 km dari desa saya. Pikir saya kala itu adalah supaya saya bisa menyekolahkan semuanya. Termasuk ayah ibu, kakek dan adik-adik semua. 

Bagaimana "menyekolahkan" ayah dan ibu? Caranya saya belikan lahan di pinggir kota palembang. Sekolahnya adalah membuka lahan dengan cara yang lebih modern yakni dengan panca usaha tani. Alhamdulillah saya ajari dengan membuat demplot pemupukan, pengapuran dan pengolahan tanah. Adik-adik yang masih berumur SD 2 orang, SMP 1 orang, SMA 1 orang dan 1 orang kuliah. Tapi yang masuk kuliah ini baru berapa bulan sudah dipinang anggota Brimob sehingga tugas saya menikahkan ybs.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline