A. PENDAHULUAN
Selama tiga tahun terakhir, SDN 21 Palu telah menjadi bagian dari program Sekolah Penggerak dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini menekankan kebebasan belajar yang berorientasi pada pengembangan karakter dan kompetensi siswa sesuai nilai-nilai Pancasila. Salah satu komponen utamanya adalah Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yang dirancang untuk membentuk siswa menjadi insan berakhlak mulia, mandiri, kreatif, dan mampu berkontribusi di masyarakat. Namun, dalam praktiknya, implementasi P5 di SDN 21 Palu menghadapi sejumlah kendala.
Kurikulum Merdeka adalah terobosan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk memberikan fleksibilitas bagi sekolah dalam merancang pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa. Dalam kerangka ini, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) menjadi elemen kritis untuk menginternalisasi nilai-nilai Pancasila melalui projek kolaboratif lintas mata pelajaran. P5 dirancang agar siswa mampu mengembangkan enam dimensi profil: (1) Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan YME, (2) Berkebinekaan Global, (3) Mandiri, (4) Bergotong Royong, (5) Bernalar Kritis, dan (6) Kreatif.
Idealnya, P5 dilaksanakan melalui projek tematik yang melibatkan eksplorasi isu sosial, lingkungan, atau kearifan lokal. Contohnya, projek daur ulang sampah untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan (dimensi kreatif dan gotong royong) atau kegiatan pentas seni multikultural (dimensi kebinekaan global). Pelaksanaannya memerlukan kolaborasi antar-guru dalam merancang modul, mengevaluasi proses, dan memfasilitasi refleksi siswa.
Dari sembilan guru yang terlibat, belum semua mampu menjalankan P5 secara optimal. Beberapa kendala yang teridentifikasi antara lain:
1. Variasi Pemahaman Guru: Sebagian guru masih menganggap P5 sebagai tugas tambahan, bukan bagian integral dari kurikulum.
2. Beban Administrasi: Penyusunan modul P5 dianggap memakan waktu karena kurangnya panduan teknis.
3. Minimnya Kolaborasi: Guru cenderung bekerja secara individu, sehingga ide-ide kreatif tidak tergali maksimal.
Situasi ini berpotensi mengurangi esensi P5 sebagai sarana pembentukan karakter holistik.
Tantangan: Hambatan dalam Pelaksanaan P5