Jakarta & Berbagai Daerah, September 2025 --- Di sela gelombang demonstrasi yang menggemparkan negeri, satu aspirasi mengemuka: rakyat menuntut transparansi dan keadilan. "Suara dari Jalanan" bukan sekadar slogan---ini adalah gema nyata kekhawatiran publik terhadap elit politik, sistem hukum, dan ketimpangan sosial yang semakin mencolok.
Gerakan Mahasiswa & Lanskap Protes Menjadi Sorotan Nasional
Demonstrasi mahasiswa terus bergejolak, terutama setelah insiden kematian pengemudi ojek daring, Affan Kurniawan. Koalisi mahasiswa, BEM SI, memimpin aksi di depan Gedung DPR, menuntut agar pemerintah serta DPR membuka ruang dialog dan transparan soal kebijakan --- bukan hanya pemberiannya secara simbolik. Massa mendesak adanya investigasi independen atas kekerasan aparat dan penindakan atas korupsi yang makin merajalela.
Gelombang Reformasi Baru Mengemuka
Memasuki akhir Agustus, demonstrasi memuncak menjadi apa yang disebut beberapa pengamat sebagai "gelombang reformasi baru". Massa menolak tunjangan besar bagi anggota DPR, ingin RUU Perampasan Aset segera disahkan, dan menuntut transparansi penuh anggaran pemerintah. Narasi "rakyat protes bukan karena demonstrasi, tapi karena korupsi dan politisasi hukum" mengemuka kuat di jagat media sosial dan alat kampanye publik.
Teriakan Nasional: Keadilan sebagai Jalan Tengah
Tidak hanya di pusat pemerintahan: perlawanan juga meluas ke berbagai penjuru Indonesia---Medan, Surabaya, Makassar, hingga kota kecil sekalipun. Dalam setiap kericuhan dan orasi, ada pesan yang sama dan konsisten: perbaikan harus nyata, bukan hanya retorika. Rada tegang, massa menuntut agar DPR dan pemerintah menerapkan keadilan, bukan sekadar anggaran untuk infrastruktur---tapi juga keadilan distribusi, hukum, dan pengakuan atas kontribusi rakyat kecil.
Kenapa Ini Begitu Berbahaya dan Solidaritas Kian Menguat
Ketika publik menyuarakan bahwa "negara ini gelap"---istilah yang kemudian jadi tagar populer seperti #IndonesiaGelap---itu mencerminkan kekhawatiran mendalam. Banyak yang takut bahwa kebijakan anggaran tanpa transparansi bisa melemahkan sektor pendidikan, layanan publik, hingga keselamatan sosial---tatkala elit memperkaya diri di balik layar. Protes semacam ini mengikat mahasiswa, buruh, driver ojol, hingga warga sipil dalam satu gabungan permintaan: jelas, adil, dan bisa dipertanggungjawabkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI