Lihat ke Halaman Asli

Pandora

Diperbarui: 10 November 2022   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

hukuman untukku, bukan jatuh cinta kepada pandora
namun perih paruh sekumpulan gagak mencucuk hati dibawah diafragma
setelah kenyang berterbangan diatas kepala dan menunggu esok tiba
semakin terbiasa, terpasung rantai di batu kaukasia

epimetheus bergeming bagai ikan dalam belat
mati tidak akan menyesal, luka tidak akan menyiuk
ia hanya dirinya, tak mampu retas pesona kilat
mabuk enau dan enggan buat wuwungan ijuk

dan kau menghiraukan kisahku,
menyisipkan americano ke sela bibir maybelline
lalu menuduhku misoginis
kalimat onak yang merisau
meski telah kutinggalkan kau di cafe itu

aku terlalu sigma bagimu, urung antitesis bertemu
sebab dewa yang telah kucuri apinya menciptakan pandora
sebagai kesenangan untuk memfitnahku
bukankah kau temukan bukti koheren kitab-kitab samawi,
dan kau menjelma misandri?

tak ada kemuliaan di ceritaku
dan berhentilah menjejalkan madu
dunia terlalu sesak dengan dewa-dewa
karena bila kau coba, hefaistos akan membelah kepalamu dengan kapaknya
atau mungkin herakles
kau hanya manusia... itu saja

10/11/2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline