Mohon tunggu...
Ranggamos
Ranggamos Mohon Tunggu... Lainnya - ****

believe me, sometimes reality is stranger—and much more frightening—than fiction

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pandora

10 November 2022   08:00 Diperbarui: 10 November 2022   08:00 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

hukuman untukku, bukan jatuh cinta kepada pandora
namun perih paruh sekumpulan gagak mencucuk hati dibawah diafragma
setelah kenyang berterbangan diatas kepala dan menunggu esok tiba
semakin terbiasa, terpasung rantai di batu kaukasia

epimetheus bergeming bagai ikan dalam belat
mati tidak akan menyesal, luka tidak akan menyiuk
ia hanya dirinya, tak mampu retas pesona kilat
mabuk enau dan enggan buat wuwungan ijuk

dan kau menghiraukan kisahku,
menyisipkan americano ke sela bibir maybelline
lalu menuduhku misoginis
kalimat onak yang merisau
meski telah kutinggalkan kau di cafe itu

aku terlalu sigma bagimu, urung antitesis bertemu
sebab dewa yang telah kucuri apinya menciptakan pandora
sebagai kesenangan untuk memfitnahku
bukankah kau temukan bukti koheren kitab-kitab samawi,
dan kau menjelma misandri?

tak ada kemuliaan di ceritaku
dan berhentilah menjejalkan madu
dunia terlalu sesak dengan dewa-dewa
karena bila kau coba, hefaistos akan membelah kepalamu dengan kapaknya
atau mungkin herakles
kau hanya manusia... itu saja

10/11/2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun