Lihat ke Halaman Asli

Subari

Praktisi Penyiaran

Kompasianer EA Jadi Sasaran Bom?

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_106766" align="alignleft" width="300" caption="sumber : kompasiana"][/caption] Laporan utama majalah Tempo pekan ini mampu membuat saya terperanjat. Bukan karena analisisnya yang tajam. Dalam laporan yang mengangkat topik terorisme dan bom ini, menyebut nama Erianto Anas (EA), yang saya duga sosok Kompasianer yang selama ini memposting tulisan-tulisan  kontroversial. Karena dinilai melanggar etika penulisan, akun EA telah dibekukan admin. Kabarnya EA muncul lagi dengan nama lain, saya kurang paham.

Laporan utama Tempo kali ini, antara lain memaparkan kronologis rencana pemboman pipa gas dekat Gereja Christ Cathedral di Kompleks Summarecon Serpong, Tangerang Selatan, Banten, oleh tersangka Pepi Fernando Cs. Sebelum serangan Serpong, tersangka Pepi Cs juga dituduh terlibat pengiriman paket bom buku untuk Ulil Abshar Abdalla, Goris Mere, Japto Soerjosoemarnodan Ahmad Dhani.  Nah inilah kutipan selengkapnya  yang membuat saya terperanjat :

"Serangan Serpong bukan proyek pertama Pepi. Pada Februari, di sebuah warung Internet di Pondok Kopi, Jakarta Timur, ia menjelajahi dunia maya. Menggunakan Google, ia mencari alamat seseorang bernama Erianto Anas. Ia geram oleh tulisan-tulisan Erianto di Internet, yang dianggapnya menghina Islam.

Berulang kali diketikkan namanya di Google, alamat Erianto tak ditemukan. Pepi lantas mengetik nama lain: Ahmad Dhani, Japto Soerjosoemarno, Gories Mere, dan Ulil Abshar-Abdalla. Musikus Dhani, Ketua Pemuda Pancasila Japto, Kepala Badan Nasional Narkotika Gories, dan mantan Koordinator Jaringan Islam Liberal Ulil, menurut Pepi kepada polisi, merupakan "simbol musuh Islam". Ia menyiapkan kado istimewa: bom buku."

Selengkapnya silakan klik di sini

Entah yang dimaksud dalam laporan Tempo itu EA Kompasianer atau sosok EA yang lain, sebaiknya kasus ini menjadi menjadi pelajaran bagi kita. Meski  kita dibebaskan oleh admin untuk memposting topik apa saja tanpa moderasi, hendaknya masing-masing Kompasianer menerapkan fungsi self control. Tulisan apa pun, termasuk topik keagamaan, hendaknya ditulis dan ditanggapi secara santun, tidak menghina apalagi menyinggung perasaan orang lain. Jangan hanya karena motif popularitas, kita memposting tulisan seenaknya tanpa mengindahkan etika dan perasaan pembaca lainnya.

Menurut saya, diskusi dengan topik keagamaan di Kompasiana, tidak selayaknya diharamkan atau diberangus seperti yang terjadi selama ini. Pemberangusan topik agama di Kompasiana, bisa saya maklumi karena diskusi yang terjadi selama ini  sangat tidak produktif dan cenderung menjelek-jelekan pendapat dan keyakinan yang berbeda. Ternyata masih banyak Kompasianer yang tidak siap untuk menerima perbedaan sikap dan pendapat. Akibatnya, mereka menanggapi perbedaan pendapat dengan penuh emosional dan kadang diungkapkan dengan bahasa yang kasar.

Diskusi topik keagamaan, menurut saya, akan bisa produktif kalau semua penulis dan pemberi tanggapan, memiliki pikiran terbuka (open minded), biasa menghargai pendapat dan sikap orang lain yang berbeda. Dengan demikian, diskusi keagamaan akan menjadi produktif karena dapat menambah wawasan dan mempertebal keimanan masing-masing. Bukan malah berbuah saling olok-olok bahkan menyakiti perasaan orang lain. Ingat, niat baik belum tentu menghasilkan kebaikan juka tidak diungkapkan dengan bahasa dan tutur yang baik pula. ***

Salam hangat dan tetap semangat

Imam Subari




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline