Lihat ke Halaman Asli

Ketekunan Orang-Orang Kudus

Diperbarui: 19 Agustus 2018   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Poin terakhir dari TULIP membahas tentang kepastian keselamatan orang pilihan. Poin ini menegaskan bahwa orang yang sudah selamat pasti akan tetap selamat. Orang Kristen yang sungguh-sungguh dapat mengalami kebimbangan iman atau meninggalkan Tuhan untuk sementara waktu, tetapi dia tidak mungkin murtad sampai hidupnya berakhir pada kebinasaan. Westminster Confession of Faith 17.1 mengajarkan “mereka yang Allah telah terima dalam Anak-Nya yang Terkasih, dipanggil secara efektif dan dikuduskan oleh Roh-Nya tidak dapat jatuh dari anugerah secara total atau final, tetapi secara pasti akan bertahan di dalamnya sampai pada akhirnya dan diselamatkan secara kekal”.

Doktrin di atas merupakan bantahan terhadap pandangan Armenian yang menganggap bahwa keselamatan seseorang bersifat tidak pasti, tergantung pada usaha orang itu untuk hidup dalam keselamatan tersebut. Menurut pandangan Armenian, orang yang sudah lahir baru dan diselamatkan melalui iman kepada kematian Kristus dapat kehilangan imannya sehingga dia binasa. Yang paling penting adalah bagaimana orang yang sudah diselamatkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memelihara keselamatan itu. Kalau dia berubah menjadi tidak setia, maka keselamatannya akan hilang.

Penjelasan istilah

Sebagian teolog Reformed menyadari kekurangtepatan pemakaian istilah “ketekunan orang-orang kudus”. Kesan yang dimunculkan dalam istilah ini lebih mengarah pada usaha-usaha antroposentris (berpusat pada manusia) dalam menjamin keselamatan seseorang, padahal pengertian yang termaktub dalam istilah ini justru menekankan Allah sebagai faktor terpenting dalam kepastian keselamatan orang percaya. Dengan kata lain, yang menentukan kepastian keselamatan orang percaya adalah Allah sendiri.

Berangkat dari pemikiran di atas, para teolog telah mengusulkan beberapa istilah alternatif, misalnya “ketekunan Allah” (perseverance of God) atau “pemeliharaan Allah terhadap orang-orang kudus” (divine providence for the saints). Dari dua istilah ini terlihat dengan jelas bahwa Allahlah yang menjamin keselamatan seseorang. Manusia memang sangat lemah dan cenderung tidak setia, tetapi bagi orang-orang pilihan yang sudah percaya, Allah memberikan topangan khusus sehingga mereka tidak akan pernah kehilangan keselamatan mereka.

Walaupun dua istilah di atas memang lebih tepat mengekspresikan konsep yang ada dalam doktrin ketekunan orang-orang kudus, namun istilah tradisional sebaiknya tetap dipertahankan dengan beberapa pertimbangan. (1) istilah “ketekunan orang-orang kudus” sudah sangat populer; (2) istilah ini dapat meminimalisasi kesalahpahaman dari pihak Armenian yang menganggap orang percaya bersikap pasif (atau bahkan sembarangan) dalam menghidupi keselamatannya. Istilah “ketekunan orang-orang kudus” masih menyiratkan ruang bagi partisipasi manusia dalam menghidupi keselamatan mereka, walaupun usaha manusiawi ini tetap merupakan hasil dari topangan tangan Allah.

Argumen yang mendukung doktrin ketekunan orang-orang kudus

Alkitab memberikan dukungan yang lebih dari cukup bagi doktrin ini. Untuk memudahkan pemahaman, seperti biasa, argumen yang mendukung tersebut akan dibagi menjadi beberapa kelompok: inferensi logis dari doktrin lain, teks-teks yang eksplisit, dan pengalaman rohani.

Inferensi logis dari doktrin lain

Ajaran tentang kepastian keselamatan berkaitan dengan banyak doktrin lain dalam Alkitab. Jika doktrin-doktrin ini diterima, maka kepastian keselamatan orang percaya juga menjadi hal yang tidak terbantahkan. Pertama, pilihan Allah sejak kekal. Dalam pembahasan sebelumnya kita telah melihat bahwa pilihan ini tidak didasarkan pra-pengetahuan Allah tentang kebaikan dalam diri orang pilihan. Semua manusia sudah mengalami kerusakan total, sehingga kesalehan manusia pun di mata Allah hanya seperti kain kotor (Yes. 64:6a). Dengan demikian alasan bagi pilihan ini murni terletak dalam diri Allah: kedaulatan dan kebaikan-Nya. Karena Allah tidak berubah, maka pilihan ini juga tidak akan berubah (Mal. 3:6; Ibr. 13:8).

Kita juga sudah mengetahui bahwa Allah bukan hanya memilih, tetapi Dia juga aktif untuk merealisasikan pilihan tersebut melalui rentetan proses keselamatan, misalnya penebusan Kristus dan panggilan efektif. Ketika seseorang mampu memiliki iman yang sejati kepada Kristus, maka hal itu membuktikan bahwa dia adalah orang pilihan yang sudah berada dalam beberapa tahap realisasi rencana kekal Allah. Kalau Allah mampu dan sudah memimpin dia sedemikian jauh sampai dia dimampukan untuk beriman, mengapa Allah yang sama tidak mampu untuk menjaga iman itu sehingga tetap tidak akan gugur? Bukankah Allah yang telah memulai pekerjaan yang baik akan mampu meneruskannya sampai pada hari Kristus Yesus (Flp. 1:6)?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline