Lihat ke Halaman Asli

STENY MUNTIR

KEPALA SEKOLAH

Konsep dan Implementasi Deep Learning dalam Kurikulum Pendidikan Nasional

Diperbarui: 6 Mei 2025   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana Pembelajaran SMP Santo Antonius, Jakarta by Steny Muntir

Dalam menghadapi tantangan pendidikan abad ke-21, diperlukan pendekatan yang mampu membentuk peserta didik menjadi pribadi yang utuh-cerdas secara intelektual, sosial, emosional, dan spiritual. Salah satu pendekatan yang kini mulai diadopsi dalam sistem pendidikan Indonesia adalah Deep Learning atau pembelajaran mendalam. Konsep ini diadaptasi dari buku Deep Learning: Engage the World Change the World karya Michael Fullan. Dalam perkembangannya, pendekatan ini telah mengalami penyesuaian agar sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, seperti Pancasila dan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.

Deep Learning bukan sekadar metode atau model pembelajaran, melainkan sebuah kerangka kerja atau framework yang menyeluruh. Kerangka ini terdiri atas empat lapisan utama yang saling terintegrasi. Lapisan pertama adalah kerangka pembelajaran (outer frame), yang mencakup praktik pedagogis, lingkungan belajar yang mendukung, pemanfaatan teknologi digital, serta kemitraan dalam proses pembelajaran. Pada tahap ini menekankan pentingnya keterlibatan berbagai pihak, termasuk guru, siswa, orang tua, dan komunitas dalam membangun pengalaman belajar yang utuh.

Tahap kedua adalah pengalaman belajar itu sendiri. Dalam pendekatan Deep Learning, pengalaman belajar dirancang untuk mendorong siswa memahami konsep (C1--C2 dalam taksonomi Bloom), menerapkannya (C3), dan merefleksikan pembelajaran secara mendalam (C4--C6). Dengan demikian, siswa tidak hanya menghafal informasi, tetapi juga mampu menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan pengetahuan baru berdasarkan apa yang telah dipelajarinya.

Selanjutnya  Deep Learning adalah prinsip pembelajaran yang dikenal sebagai 3F: mindful, meaningful, dan joyful. Pembelajaran yang mindful berarti dilakukan dengan kesadaran penuh, meaningful berarti relevan dan bermakna bagi kehidupan siswa, dan joyful berarti membawa kegembiraan dalam proses belajar. Ketiga prinsip ini menjadikan pembelajaran lebih manusiawi dan menyenangkan, serta mampu membentuk karakter yang kuat.

Lalu ada delapan dimensi profil lulusan Deep Learning. Dimensi ini mencakup keimanan dan ketakwaan, kewargaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, komunikasi, kemandirian, dan kesehatan. Dimensi-dimensi ini menunjukkan bahwa Deep Learning tidak hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi juga pada pengembangan kepribadian, sikap, dan nilai-nilai moral peserta didik. Beberapa dimensi ini merupakan hasil adaptasi dari kerangka Michael Fullan, sedangkan lainnya, seperti keimanan dan kesehatan, ditambahkan sesuai dengan amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia.

Ketika dibandingkan dengan Profil Pelajar Pancasila, terdapat kesamaan yang signifikan. Meski jumlah dimensinya berbeda, delapan dalam Deep Learning dan enam dalam Profil Pelajar Pancasila namun esensinya serupa. Dimensi kewargaan dalam Deep Learning mencerminkan semangat kebhinekaan global yang ada dalam Profil Pelajar Pancasila. Sementara itu, nilai gotong royong dalam Pancasila tergambar dalam kolaborasi dan komunikasi yang menjadi bagian dari dimensi Deep Learning. Perbedaan yang mencolok adalah tidak adanya dimensi kesehatan dalam Profil Pelajar Pancasila, padahal aspek ini sangat penting dalam membentuk pribadi yang utuh.

Implementasi Deep Learning dalam sistem pendidikan Indonesia membawa dampak positif terhadap proses pembelajaran. Guru tidak lagi hanya sebagai penyampai materi, tetapi sebagai fasilitator yang merancang pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan. Siswa dilatih untuk berpikir kritis, berkolaborasi, dan bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri. Pembelajaran juga diarahkan untuk membangun keterampilan abad ke-21, seperti literasi digital, komunikasi efektif, dan kepemimpinan.

Dengan demikian, Deep Learning menjadi pendekatan yang relevan dan strategis dalam membentuk generasi masa depan Indonesia. Integrasi nilai-nilai lokal dan global dalam kerangka ini menjadikannya sebagai solusi atas kebutuhan pendidikan yang tidak hanya adaptif terhadap perkembangan zaman, tetapi juga tetap berakar pada nilai-nilai luhur bangsa. Pendekatan ini patut didorong penerapannya secara luas dalam pembelajaran di sekolah-sekolah Indonesia, sebagai bagian dari transformasi pendidikan menuju masa depan yang lebih baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline