Lihat ke Halaman Asli

S. R. Siola

Pengamat Azadegan

[Februari 2020] 41 Tahun Kemenangan Republik Islam Iran

Diperbarui: 21 Januari 2020   05:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi bendera Iran yang berkibar. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Saya memilih untuk membahas tema ini dikarenakan mencuatnya nama Iran di mata internasional, terutama pasca serangan balasan Iran ke dua pangkalan militer AS atas serangan teror terhadap jendreral mereka, Qossem Soleimani, Komandan Tinggi Pasukan Quds, Garda Ravolusi. 

Iran saat ini berada sejajar dengan Amerika, meski pun posisi tak seimbang ini hanya sebagai musuh politik saja, sebagaimana Rusia, Thiongkok, dan Korea Utara yang jeas-jelas menolak arogansi sepihak Amerika Serikat.

Republik Islam Iran merupakan buah revolusi faqih Islam, yang menjadi satu-satunya revolusi Islam yang bertahan hingga saat ini. Banyak revolusi sukses di awal cetusannya, tapi tumbang di tengah perjalanannya. 

Tapi tidak begitu dengan Iran Islami. 22 Bahman 1387/Februari 2019, Iran memasuki tahun ke 40. Ini berarti, 22 Bahman 1398/ Februari 2020, Iran Islami memasuki kemenangan ke 41. Pertanyaan, apa yang membuat Iran Islami mampu bertahan? 

Mengapa revolusi Islam lainnya tumbang, sedang Revolusi Islam Iran malaju? Langkah apa yang diambil Iran Islami selanjutnya, agar dapat terus mempertahankan eksistensinya?

Di tahun 40 kemenangannya, Iran menganggap perlu memperkokoh langkahnya agar dapat terus melanjutkan perjalanan, mengingat musuh terus mencari kesempatan untuk mengakhiri Revolusi Islam ini. 

Olehnya, Maqam Muazzam Rabbari, Sayyid Ali Khamenei, merumuskan "Gham-e Dovom-e Enghelab, atau Rumusan Langkah Kedua Revolusi, yaitu penjabaran jihad akbar dalam pembangunan Iran Islami dalam mengawal langkah pembangunan bangsa, masyarakat, dan peradaban dunia.

Sebab hakikatnya, Republik Islam Iran sedang memasuki kehidupan keduanya, yaitu membentuk pemerintahan berkeadilan dan berkemanusiaan, guna menyambut pemerintahan "Wilayah" akhir zaman yang sebentar lagi akan terwujud.

Apa yang membuat Iran mampu bertahan?

Sebagaimana negara baru lainnya, mengutip penjelasan Pemimpin Besar Revolusi, Sayyid Ali Khamenei, bahwa Revolusi Islam Iran sebagaimana revolusi Islam lainnya, menghadapi cercaan dan penolakan di awal eksistensinya.

Iran Islami tidak memiliki pengalaman, dan memulainya dari nol. Selain menghadapi perlawanan eksternal, Iran Islami juga menghadapi ancaman kudeta dan perlawanan dari dalam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline