Lihat ke Halaman Asli

Sri Patmi

Bagian Dari Sebuah Kehidupan

Cerpen Sri Patmi: Kenangan Mantan

Diperbarui: 12 Juni 2021   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Hari ini takkan pernah seperti biasanya karena ada bagian dirinya yang hilang. Sepi didalam ramai, hingga tak terasa ada seikat bunga yang terjatuh dihadapan langkahnya. Ternyata dia... mantan... orang yang terus dikenang. Nadya masih mengingat segala kenangan indah bersama dengan dirinya. Terkadang imajinya yang nakal mempermainkan perasaannya yang tak pernah goyah pada sang mantan. Rintik hujan jatuh dipelupuk matanya, entah dari mana air itu bercampur dengan linangan air mata yang bercucuran. 

Malam ini, tepat di acara ulang tahunnya, Nadya melupakan rasa letihnya. Kebersamaan yang begitu memilukan. Bagaimana tidak? Disaat semua telah ia relakan justru dibalas dengan rasa acuh dan diam yang tak bergumam. Sampai sekarang Reno terus mengembangkan impiannya untuk kuliah di Jepang. Merobek setiap bagian dari guratan pena yang indah untuk tidak tertulis dalam buku yang sah dihadapan hukum, buku nikah. 

Tak kuasa, egonya yang terus memuncak, membuat nafsunya semakin kalap. Nadya meremas bagian bajunya hingga lusuh dan kusut. Ditarik satu per satu benang yang membungkus badan dengan segala kemewahan sebagai seorang anak raja. 

Entah apa yang diharapkan oleh Nadya terhadap Reno. Faktanya Reno tak memiliki apa-apa selain cita-citanya untuk menjadi seorang ilmuwan fisika muda. Sampai dengan waktu yang dinantikan itu tiba, Nadya harus merelakan segala keinginannya untuk menjadi satu-satunya wanita yang bertahta dihati Reno. Keduanya tak ada yang saling mengalah, pertikaian terjadi dalam diam. Tak ada rasa yang berani melerai ego yang berkuasa. Lagi-lagi terucap kalimat diam. 

Ribuan detik telah dihabisi dengan pertikaian dalam diam. Tatapan matanya saling bersahutan. Mempertarungkan keinginan yang ingin dikedepankan. Kali ini, Nadya berucap dengan lantang. 

"Akan kunyanyikan sebuah nada rintik hujan untukmu sebelum beranjak menuju malam" 

Nadya melepaskan sepatu sneakersnya. Terlihat kaki putihnya menari-nari dibawah hujan. Senyumnya mengembang dengan rasa penyesalan dan kebanggaan. Matanya yang sendu melontarkan kalimat rindu jika jarak sudah saling beradu. Hingga tangisnya terus berlinang, hingga rasa lelahnya berhenti mengejar karena kelelahan. Hingga rasa sakitnya tak lagi merasakan kesakitan. 

"Nadya, kutuliskan sepucak surat dikelopak mataku. Sayangnya, kau baru dapat membacanya sekarang. Saat kelopak mata ini tertutup selamanya.." 

Salam, 

Sri Patmi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline